Pages

Selasa, 14 Februari 2023

2. Kondisi EBT di INDONESIA / Renewable Energy in Indonesia

Sambungan dari bag.1B (from Part 1B)

BB NABATI

Potensi BBN Indonesia: sangat besar, bervariasi dan tersedia cukup melimpah dan dapat mengurangi impor solar. Desember 2022 pemerintah menaikkan kadar biodiesel menjadi B35 (Jan 2020 minimal B30) dengan harapan pada th 2023 mencapai sekitar 13,15jt kL. Mutu B35 diharapkan sesuai dengan keputusan Dirjen EBTKE 195K/EK05/DJE/2022 (9 Des 2022) yang tidak akan mengganggu kinerja mesin diesel. Perlu waspada adanya kandungan air dalam udara di dalam tangki akan terserap ke dalam biodiesel, sehingga menumbuhkan mikroba yang membuat endapan dalam tangki.

Kapasitas per tahun: Bio-diesel (B20): 12 juta kL (Okt 2016); bio-etanol: 0.565 juta kL; bio-oil/PPO: 0.120 juta kL; Bio-avtur (BB pesawat berasal dari minyak jarak pagar, minyak kelapa dan CPO): (2016): 95ribu kL (Garuda Indonesia: 2 ribu kL). Konsumsi avtur BBM Indonesia sekitar 5juta kL/tahun (2016). Oleh karena itu, pemanfaatan bioavtur dari BBN wajib & segera dilakukan di Indonesia.  
Harga Indeks Pasar (HIP) BBN, Biodiesel per liter (Agustus 2019) Rp.6.795,- (+ongkos angkut); Bioetanol Rp.10.200,-. Ongkos angkut di seluruh Indonesia diatur dalam Kepmen ESDM No.91K/12/DJE/2019 (tgl 13/05/2019).

Target serapan (2016) Biodiesel (B20) di sektor energi 6,93 juta kL; PPO: 165.000 kL. Target serapan bioetanol: 4juta kL. Tahun 2018, lokomotif kereta api (PT KAI) diuji-coba mengkonsumsi B20 selama 6 bulan (~300.000kL) di Dipo Kertapati, Palembang, Sumsel. Pertambangan akan menyerap 1juta kL. Serapan diperluas ke alutsista, dan bahan bakar pesawat terbang. China dan Jepang (pasokan setidaknya 10 tahun) tertarik menggunakan biodiesel Indonesia (B20). Ekspor ke China sekitar 9 juta kL.


Pembangunan green refinery (kilang CPO) yang salah satunya di Plaju (kapasitas 20ribu barrel/hari) didorong untuk mengolah CPO dengan proses hydrorefining (H2 & katalis) menjadi green diesel, dll. yang ditargetkan selesai tahun 2024.  
Pertamina menjual biosolar di 3.213 SPBU (dari total seluruh Indonesia: 4800 unit, Jawa+Sumatera: 4570 unit), misalnya, ada 134 SPBU di Jakarta, 335 di Banten, 85 di Medan (197 di Sumut), 19 di NAD, 54 di Riau, 15 di Lampung, 27 di Sumsel, 827 di Jabar, 663 di Jateng & DIY, 668 di Jatim, dan 165 di Bali & sekitarnya. 

Balitri (Badan Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar) kementan) memproduksi B100 dari bahan CPO, dan telah dianalisis Di Lemigas Kemen ESDM yang memenuhi spesifikasi Biodiesel SNI 7182-2015. B100 dari kemiri sunan, jarak pagar, biji karet, bintaro, nyamplung, pongamia, kepuh, dan kesambi juga telah diproduksi.


BIOAVTUR (Bio Aviation Turbine)

PT Pertamina (Persero) menggandeng perusahaan kelapa sawit Wilmar Group guna membangun pabrik bioavtur (mengandung minimal 2% CPO, sesuai Permen ESDM No.25 th 2013) dengan kapasitas 260ribu kL/tahun (senilai US$450-480juta) pada tahun 2017 (ground breaking) di sekitar bandara Internasional (Jawa dan Sumatera). FS sedang dilakukan. Airnav akan menyerap bioavtur sekitar 26ribu kL/th (10%). Oleh karena itu, Pertamina akan mengekspor bioavtur. Maskapai Eropa, Amerika, dan Brazil yang telah menggunakan bioavtur sedang dijajagi kemungkinannya untuk menggunakan bioavtur Indonesia. Avtur adalah minyak tanah (kerosin) dengan spek yang diperketat terutama titik uap, dan titik beku.
Garuda menghabiskan avtur (BBM) 1,7juta kL/th, dan th 2016 akan meningkat menjadi 2juta kL/th (penerbangan domestik dan internasional),  yang sekitar 40%-nya diimpor dari Singapura dan Korsel. Di masa depan jumlah ini harus diganti oleh bioavtur (BBN), guna mengurangi emisi gas buang serendah-rendahnya. Di sisi lain, minyak kelapa lebih mudah (via katalis) dijadikan bioavtur dan langsung digunakan tanpa campuran avtur BBM. Indonesia perlu membuat pabrik katalis di DN guna mengonversi minyak kelapa menjadi bioavtur yang lebih murah. Selama ini, katalis tsb diimpor dari LN. 

Minyak jarak juga mudah dibuat menjadi bioavtur. Hal itu dilakukan oleh PT Waterland Asia Bioventure di Grobogan. Maskapai yang menggunakan bioavtur minyak jarak adalah Air New Zealand, Japan Airlaines, Aero Mexico, dll. Oleh karena itu, Indonesia juga perlu membangun kilang biomassa guna mendapatkan Bioavtur.

Mahasiswa UNS membuat prarancangan (Mei 2014) pabrik bioavtur 87.000 ton/th dari CPO via katalis UOP (Universal Oil Product berbasis Fe & Co, T=332-398 oC, P= 5,171kPa). Satu ton bioavtur diperoleh dari umpan CPO 2,76ton (direaksikan dengan bahan-bahan (per ton produk) seperti gas hidrogen 0,31 ton, H3PO4 (85%) 0,002 ton, bleaching earth 0,033 ton, dll.


BIODIESEL (FAME, Fatty Acid Methyl Esther) (SNI: 7182:2012).

Subsidi (menurun): Rp.1.000,-/liter (2020). Dana subsidi berasal dari pungutan CPO Fund (10-50$/ton, ekspor produk sawit dan produk turunannya yang dihimpun & dikelola oleh BPDPKS sesuai PP no.24/2016), bukan APBN.

Produsen biodiesel: 
  • PT Batara Elok Semesta Terpadu
  • PT Bayas Biofuels
  • PT Cemerlang Energi Perkasa (0,4juta ton/th)
  • PT Ciliandra Perkasa (0,25juta ton/th)
  • PT Citra Borneo Energy
  • PT Dabi Biofuels
  • PT Dharmex Biofules (0,15juta ton/th)
  • PT Energi Baharu Lestari
  • PT Intibenua Perkasatama
  • PT Kutai Refinery Nusantara
  • PT LDC (Louis Dreyfus Company) (prsh Swiss / PMA, Lampung, 420ribu ton/th, Palm Methyl Ester/PME, CPO, 50ribu ton glycerol)
  • PT Multi Nabati Sulawesi (Wilmar)
  • PT Musim Mas (0,42 juta ton/th)
  • PT Pelita Agung Industri (0,2juta ton/th)
  • PT Permata Hijau Palm Oleo
  • PT Sinarmas Bio Energy
  • PT SMART Tbk (2 x 0,3juta ton/th, Kalsel & Marunda)
  • PT Sukajadi Sawit Mekar
  • PT Tunas Baru lampung Tbk (kap.produksi 0,3juta ton/th; tahun 2018 dapat pesanan dari Pertamina 90ribu ton, Tiongkok 20,ribu ton)
  • PT Wilmar Bioenergi Indonesia (1,1 juta ton/th, CPO)
  • PT Wilmar Nabati Indonesia 
  • PT Eterindo Wahanatama (0,31 juta ton/th, beragam/CPO)
  • PT Sumi Asih (0,1 juta ton/th, RBD Stearin)
  • PT Bakrie RB (0,15 juta ton/th, CPO)
  • Sweden Bioenergy NTT (0,35juta kL/th)
  • PT Indo Biofuels Energy (0,20juta kL/th)
  •  PT Petro AN (0,15juta kL/th)
  • PT Damai SS (0,12 juta ton/th)
  • PT Oil Tanking (0,504juta ton/th); dan 
  • Produsen menengah-kecil lainnya adalah PT Sintong Abadi (35ribu kL/th); PT Pasadena BM (10ribu kL/th); PT Multikimia IP (14ribu kL/th); PT Energy A (7ribu ton/th); PT Primanusa PE (24ribu kL/th); PT Eternal BC (40ribu ton/th); PT Anugerah IG (40ribu ton/th); PT Bioenergy PJ (66ribu ton/th); PT Wahana ATT (13,2ribu kL/th); PT Alia MP (11ribu kL/th); PT Indo BBN (50ribu ton/th, beragam); Platinum Serang (20ribu kL/th); PT Ganesha Energy (4ribu ton/th, CPO); BPPT; Lemigas; RAP; dan
  • Beberapa BUMN (Pertamina, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I, II, III (6.000 ton/th), IV (2.400 ton/th), V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII, XIII, XIV, dan RNI).


Sumber biodiesel: Limbah CPO, limbah pabrik minyak goreng sawit, jelantah minyak kelapa (cocodiesel), Jarak Pagar (jatropha Curcas), Nyamplung (Calophyllum Inophyllum), Kemiri Sunan, biji karet, Alga, biota laut, dll.

Hadirnya Permen ESDM 26/2016 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan BBN Jenis Biodiesel dalam kerangka pembiayaan oleh BPDP sawit, dapat meningkatkan konsumsi biodiesel DN. Tahun 2017 diduga biodiesel B20 akan terserap wajib minimal 6jutakL tanpa membedakan solar subsidi dan non-subsidi.

Kebutuhan solar yang harus diganti oleh biodiesel sekitar 26juta kL/tahun. Produksi biodiesel nasional (B20) diharapkan 12juta kL (dengan harapan serapan sawit 7juta kL).


Mandatory biodiesel B20 akan membuat Pertamina kelebihan solar murni 400.000 barrel/bulan yang berkadar sulfur masih tinggi, sehingga tidak menarik diekspor. Jelas, izin impor tidak diberikan lagi.

Biodiesel Generasi 1
Reaksi esterifikasi dan trasesterifikasi minyak nabati dengan sejumlah metanol dan katalis asam/basa menjadi biodiesel (FAME berkandungan oksigen tinggi yang menimbulkan korosi pada mesin).

Biodiesel Generasi 1,5
CPO diubah menjadi kerosin dan jetfuel (BB Pesawat) melalui proses hydrotreating, proses pemasukan gas hidrogen ke dalam CPO. Gas hidrogen berasal dari gasifikasi biomassa yang menghasilkan CO2 dan H2 (sintesa Fischer Tropsch dengan katalis).

Biodiesel Generasi 2
Harga  CPO (minyak sawit mentah) mencapai Rp.8.000-9.000/liter, sedangkan biodiesel (via Generasi I) dijual dengan harga Rp.4.500. Hal ini menyebabkan pengusaha sawit lebih memilih ekspor CPO. 
Guna mengatasi ini, maka biodiesel Generasi 2 (via liquifaksi & gasifikasi biomassa) dibuat dari bahan yang lebih murah yaitu limbah sawit (tandan buah kosong sawit, pelepah, limbah kayu, dan limbah pertanian lainnya seperti sekam padi) menjadi biodiesel. Lagipula, pemanfaatan teknologi katalis menghasilkan beragam jenis produk pilihan seperti solar, bensin, dan kerosin (minyak tanah).

Problem lain bagi produsen biodiesel di daerah adalah sulitnya mendapatkan metanol, dan harga umpan minyak nabati yang bervariasi, sehingga harga produk biodiesel masih relatif tinggi dibandingkan harga solar BBM. Oleh karena itu, biodiesel memerlukan subsidi (Rp.4000/liter FAME). Kebutuhan metanol untuk memproduksi biodiesel sekitar 1,7juta kL. Produsen metanol: PT Pertamina (P. Bunyu, 0,416juta kL/th) dan PT Kaltim Methanol Industry (0,833juta kL/th) (kap. total hanya: 1,249juta kL/th (dari gas alam), sedangkan kebutuhan dunia 129,4juta kL (2020)). PT KMI perlu memperbesar kapasitas pabrik (+0.833 juta kL/th) (rencana lokasi:  Bontang, Kaltim, P. Bunyu, dan Papua).

      100 lb M Nabati + 22 lb Metanol >>> 100 lb Biodiesel + 11 lb gliserol + 11 lb metanol

Gliserol selanjutnya dimurnikan, dan dapat diubah menjadi etanol via biokatalis, dan via perangkat microwave atau diubah menjadi gas hidrogen via katalis alumina.


Proses catu / batch
Pembuatan biodiesel biasanya menggunakan aneka macam katalis (esterifikasi & transesterifikasi) dan rentang waktu produk biodiesel akan dipercepat bila memanfaatkan teknologi ultrasonik.
Penggunaan teknologi gelombang ultrasonik (yang berfungsi mendispersi butir cairan sehingga mampu berkontak lebih baik) dalam pembuatan biodiesel (temperatur sekitar 45-65 oC) dapat meningkatkan kinetika transesterifikasi.
Proses Sinambung
Hal itu mengurangi jumlah metanol, katalis (KOH), dan waktu reaksi dan pengadukan, dan meningkatkan produk biodiesel. Diagram proses di atas berkapasitas 60-70L per catu. Peralatan yang diperlukan adalah alat ultrasonik 500W/1000W (sel booster, sonotrode, dll), tangki plastik 80 L, elemen pemanas, tangki katalis 10L, pengaduk, pompa sentrifuge 10-20L/menit (tekanan 1-3 bar), katup, dan alat ukur tekanan. 
Proses tsb juga dapat dilakukan secara sinambung (rangkaian alatnya seperti gambar samping). Proses sinambung juga dikembangkan oleh TK-UGM.

Minyak Sawit
Kebun sawit sekitar 14,03 juta Ha (2018) (kebun rakyat 5juta Ha). Produksi CPO Indonesia sekitar 37,8 juta ton/tahun (2020: diduga 40juta ton/th), sedangkan 19,5juta ton CPO/th diekspor (yang mestinya untuk mencukupi biosolar dalam negeri / BBN untuk transportasi dan listrik PLN). Sisanya untuk minyak sayur DN dan sebagian dijadikan biodiesel / BBN / PPO. Pasar luar negeri menginginkan biodiesel Indonesia guna memenuhi BB transportasi dan pembangkit listrik mereka, dan sebagian diubah pula jadi minyak makan. Harga CPO Indonesia untuk Agustus 2019 mulai menguat, yaitu sekitar USD541/MT, karena sebagian CPO dialihkan untuk memproduksi BBNabati lokal. Masih ada  57juta Ha (7,8juta Ha di Kaltim) lahan terdegradasi yang dapat dimanfaatkan untuk penanaman sawit. Pemerintah harus melarang pengusaha menanam sawit di lahan primer.
  • Perusahaan Portugal, IncBio, mampu meningkatkan ekstraksi CPO 25% dari tandan buah segar, penghematan pemakaian air hingga 60%, limbah berkurang hingga 50% (kontaminasi minyak tinggal 0,01%), dan pengurangan emisi Metan 50%.
  • Minyak sawit yang diproduksi skala besar menjadi biosolar dengan cetane number ~80, (solar BBM ~48, dan Pertadex 53) via katalis PDO 120-1,3T telah sukses dilakukan oleh peneliti ITB (+ PT Pertamina). Katalis tsb berfungsi sebagai proses hydrodeoxygenation minyak sawit (minyak kelapa) menjadi hidrokarbon parafinik. Satu kg minyak sawit diubah menjadi biosolar 0,8kg. Katalis tsb diproduksi di Indonesia th 2020, agar produk biosolar lebih murah.
  • Wilmar Nabati Indonesia memproduksi 5.000 ton biodiesel sawit/hari (3.000 ton/hari di Gresik dan 2.000 ton/hari di Riau). Produksi itu akan ditambah masing-masing 1.000 ton/hari. Kapasitas pabrik diperbesar dengan mengglontorkan dana US$1 miliar dalam waktu 5 tahun.

Orientasi Sawit
SDM ahli sawit (replanting perkebunan, pabrik, administrasi, dll.) perlu ditingkatkan di masa datang, bila target 40juta ton CPO tahun 2020 harus dicapai (sektor hulu). Indonesia memproduksi CPO untuk oleofood (mis. minyak makan), oleochemicals (fatty acid lines, fatty alcohol lines, mis kosmetik, surfaktan, emulsifier), dan Biofuel (bahan bakar). Upaya peningkatan nilai ekonomi CPO untuk sektor hilir (IHKS = Industri Hilir Kelapa Sawit) harus ditingkatkan (dengan mengembangkan ratusan bahan kimia turunan CPO) yang tentu saja memerlukan tenaga ahli. Hal itu akan menambah nilai tambah dan daya saing produk turunan CPO. kebutuhan SDM sekitar 6.450 orang/tahun. Perguruan Tinggi dan Lembaga Litbang Kelapa sawit guna menciptakan SDM ahli sawit terus dikaji. Paten sawit Indonesia perlu ditingkatkan jumlahnya, karena banyak dikuasai perusahaan dunia.

Limbah pabrik minyak goreng Sawit
Proses metanolosis digunakan untuk mengubah limbah pabrik minyak goreng sawit (PFAD, Palm Fatty Acid Distillate)  menjadi biodiesel sesuai standar solar Pertamina.

Minyak Kelapa
Lahan kelapa di Indonesia sekitar 3,81 juta Ha, (th 2012), atau 31,2% luas areal kelapa dunia (tertinggi) dengan produksi minyak kelapa sekitar 3,2juta ton/tahun (21,6 juta ton kelapa/th; sementara produk kelapa dunia: 64,3 juta ton/th). Kebun kelapa dunia lainnya sesudah Indonesia: Filipina (25,8%), India (16%), Sri Lanka (3,7%), dan Thailand (3,1%). Areal kebun kelapa di Indonesia tersebar di Riau, Jambi, Lampung, Sulut, Sulteng, Jabar, Jatim, banten, dan Maluku.
  • BPPT mengembangkan bioavtur (pesawat terbang) dari minyak kelapa yang tanpa melakukan campuran avtur BBM. Minyak kelapa lebih mudah dibuat bioavtur dibandingkan minyak sawit dan minyak kanola. 
  • Kilang minyak bio (CPO, CCO, CJO, dll) perlu dibangun dan diperbanyak di Indonesia sebagai pengganti kilang minyak bumi. 
  • Peremajaan pohon kelapa (terutama kelapa hibrida), dan pembangunan industri kelapa terpadu perlu terus dikembangkan.
  • Pemprov Sulut (Juni 2015) mengekspor CCO (Crude Coconut Oil) (dari beberapa perusahaan pengolah CCO seperti Cargill, Bimoli, Ivomas Pratama, Agro Makmur Raya, dan Multi Nabati Sulawesi) ke Malaysia (8.450 ton), AS (3.000 ton), dan Belanda (8.000 ton) untuk diolah menjadi BB biofuel. Satu bukti bahwa bangsa Indonesia masih kurang tertarik menggunakan CCO untuk membuat BB biofuel dalam negeri, meskipun telah disediakan subsidi oleh pemerintah. 
  • Ekspor produk turunan kelapa (Tepung kelapa, Desiccated Coconut/DC, dll) ke LN (Argentina, Eropa, Tiongkok, dll) perlu digalakkan secara sinambung.
  • BPPI (Badan Penelitian dan Pengembangan Industri) Dep. Perindustrian tahun 2005 menguji-cobakan produksi cocodiesel di 3 lokasi, Manado (Sulut), Pameung Peuk (Garut Selatan, Jabar), Banyuwangi (Jatim). Kelebihan cocodiesel ialah ia dapat langsung digunakan 100% tanpa campuran solar pada mesin diesel pabrik/industri, tetapi dicampur 70 % solar pada kendaraan bermotor (B30), karena cocodiesel pada suhu di bawah 25 oC memadat dan dapat menyumbat filter engine dan mengendap pada injektor. BALITKA (Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain) Manado menyarankan komposisi baik adalah cocodiesel 20% dan 80 % solar (B20). Produksi BALITKA sekitar 200 L cocodiesel/hari. Satu liter biodiesel kelapa memerlukan 5-10 butir buah kelapa atau 2 kg kelapa. Kalau harga kelapa Rp.2500,-/kg, maka biaya produksi biodiesel kelapa sekitar Rp.6000,-.

Minyak Jelantah

Tiga Mahsiswa Dept Kimia MIPA UGM mengembangkan proses pembuatan biogasoline (+ biodiesel) langsung dari minyak jelantah yang sederhana dan cepat melalui 2 tahap proses, yaitu membuat katalis (tanah liat, bentonit terpilar alumina yang diaktifkan dengan logam Cd) dan proses produksi via hydrocracking (menggunakan tanur listrik, uap jelantah dialirkan ke katalis). Produk campuran berupa 42% biogasoline (bensin) dan 29% biodiesel (biosolar), kemudian campuran itu dipisahkan via distilasi. Satu liter jelantah menjadi 420cc (240cc biogasoline dan 180cc biodiesel). Mereka memperoleh 4 penghargaan internasional.

Sementara, 4 dosen Ubaya mendapatkan paten dari KH&HAM RI pembuatan biodiesel dari jelantah (limbah resto cepat saji di Surabaya) via reaksi simultan Ozonolisis dan Transesterifikasi pada suhu ruang (Gen I: suhu proses 60 oC) . Produk biodiesel mengandung metil ester rantai pendek dan rantai panjang, tidak mudah beku, cocok untuk BB di daerah 4 musim, pour point (titik tuang) bernilai 6 (maks 18), ramah lingkungan


Limbah minyak goreng, jelantah, dapat diolah menjadi biodiesel jelantah (WVO = Waste Vegetable Oil) dan dijadikan bisnis yang menarik. Ikuti tip-tip berikut dan cara penggunaannya bila ingin mengubah diesel BBM menjadi biodiesel jelantah. Banyak cara membuat biodiesel/biosolar dari minyak jelantah [1, 2, 3, 4, 5, dll.]. Perbandingan biosolar (B20) dengan solar BBM: viscositas: 4,4158 (4,1796) CSt; densitas: 0,8663 (0,8599)g/ml;
Penerbangan Kerajaan Belanda KLM Boeing 777-200, rute Amsterdam - New York - Amsterdam menggunakan biosolar jelantah 25% yang dipasok oleh SkyNRG (KLM, North Sea Group/ARGOS, and Spring Associates) dalam penerbangan trans-atlantiknya. Penerbangan KLM-705 rute Amsterdam - Rio de Janaero (9.500km) juga telah dicoba. Penggunaan campuran BBN Alga, Jarak pagar, dan biokerosin sedang dipelajari. KLM Airbus A330-200 menggunakan campuran 20% biofuel jelantah. Quantas Airbus A330-200 memanfaatkan campuran biosolar jelantah (50%) yang diimpor dari AS. Jenis pesawat lain yang menggunakan biosolar jelantah: Boeing-787 Dreamliner  (10%) (Washington-Tokyo).

Sementara, Finn Air  (Airbus A330) menggunakan biosolar jelantah (50%) yang diperoleh dari SkyNRG Nordic (Kerma SkyNRG & Statoil Aviation) dalam penerbangan trans-atlantiknya menjelajah selama 9 jam dari Helsinki ke New York. Hal itu dapat mengurangi emisi CO2 sekitar 50-80%. Penerbangan lainnya seperti BA (British Airways), Virgin, Air CanadaChilean Airlines, Thai Airways, Thomson Airways, Air France, Alaska Airlines, dan Lufthansa juga telah menggunakan biosolar jelantah. 

Campuran Biosolar jelantah 50% (jelantah dari restoran Tiongkok) digunakan oleh Hainan Airlines (Boeing 737-800, 100 penumpang) dari Shanghai ke Beijing secara rutin, sehingga mampu menurunkan emisi karbon 50-80%. Tiongkok perlu 6.020 penerbangan baru tahun 2033 untuk mengakomodasi kenaikan penumpang. 


  • PKL di Yogyakarta menghasilkan jelantah 10-15 L/hari, atau sekitar 3,6 ton/hari. PSE UGM merintis produksi biodiesel jelantah B15 baru 150L/hari. selebihnya, para PKL dan perusahaan armada bus (Trans Yogya dan Bomi Transport) diminta memproduksi sendiri, sedangkan PSE UGM membantu uji lab dan uji mesin agar sesuai SNI. Jelantah tersaring dihargai Rp.1.500/liter.
  • Guru pendamping & pelajar di SMKN 2 Salatiga, Jateng mengubah jelantah menjadi biosolar.
  • Sepuluh dari 30 bus TransPakuan, Bogor, memakai biodiesel jelantah (baru 4 ton/bulan dari kebutuhan 12 ton/bulan). Walikota Bogor memaksa pemilik restoran di Bogor menyerahkan jelantahnya untuk diolah menjadi biodiesel. BPLH Bogor bekerjasama dengan PT Bumi Energi Equatorial, menerima sumbangan jelantah per bulan dari rumah makan (warteg dan warung nasi kaki lima) 400 liter, organisasi gereja 400 liter, Chevron Sukabumi 400 liter, masyarakat 800 liter, dan PT Carrefour 1.600 liter (dari 42 toko Carrefour se Jabodetabek), dan lain-lain untuk diolah menjadi biodiesel. 
  • Hasil samping pengolahan jelantah menjadi biodiesel berupa gliserol (gliserin) yang masih dapat dimanfaatkan menjadi sabun batangan / sabun foam untuk cuci piring, atau dilanjutkan menjadi bahan bakar lain seperti etanol, butanol dan produk lain menggunakan bakteri anaerobik. 
  • Penggunaan biodiesel jelantah telah dilakukan terhadap mobil Isuzu Panther 2007 dengan jarak 2900 km (Jakarta-Bali PP nonstop) selama 5 hari dengan konsumsi biodiesel sebanyak 245 liter dibandingkan menggunakan solar murni 266 liter. Sejak th 2010, PTFI (Freeport Indonesia) menggunakan 5 % biodiesel jelantah atau + 1.200 liter/minggu pada kendaraan perusahaannya. Bus wisata Jakarta diharapkan menggunakan jelantah sebagai bahan bakar.
  • Anak didik di sekolah (Madiun, Bogor, Pekanbaru, dll.) juga diberi pengetahuan membuat biodiesel jelantah. 
  • Jelantah juga dapat langsung dipakai sebagai bahan bakar kompor. Kompornya sendiri disebut kompor nabati yang dibanderol sekitar Rp 275 ribu. Produsennya terus berupaya, agar harganya lebih murah lagi. Satu liter jelantah mampu untuk memasak selama 4 jam.

Jarak pagar (Jatropha Curcas)
Jarak pagar (Sumatera= Dulang/Gloah; Madura = Kalek).
Potensi jarak pagar NTB; 622.500 Ha.
Biji jarak pagar dikembangkan untuk membangun industri BB nasional, karena harga biodiesel minyak jarak jauh lebih murah ketimbang biodiesel sawit maupun bioetanol dari tebu. Buah warna kuning-hitam yang diambil, lalu biji diproses untuk diambil minyaknya. Harga crude jatropha oil (CJO) sangat murah, hanya Rp2.400 per liter. Perlu satu langkah proses lagi menjadi biodiesel (degumming, dan esterifikasi & trans-esterifikasi menggunakan katalis). Langkah lebih sederhana (degumming, pemisahan, penetralan, dan pemisahan) dapat menghasilkan Pure Plant Oil (PPO) yang tentu saja harga lebih murah. PPO diperlukan oleh PLN guna mengganti BB diesel pada PLTD di seluruh Indonesia. Limbah padat biji jarak dijadikan briket kering. Di sisi lain, petani kurang tertarik menanam jarak pagar, karena biji jarak hanya dipatok pemesan sebesar Rp.1000,-/kg, sedangkan permintaan petani sekitar Rp.2000,-/kg. 
Nilai densitas minyak jarak masih tinggi: 0,92 g/ml (T=15 oC), viskositas (T=30 oC) 50,80 cSt, titik nyala tinggi 240 oC, cetane number ~61. Setelah menjadi biodiesel minyak jarak maka: densitas 0,86 g/ml, viskositas maks 6 cSt; sedangkan densitas minyak diesel 0,841 g/ml, titik nyala 50 oC, dan cetan number ~48.
  • Akhir-akhir ini jarak pagar dilirik kembali, karena ditujukan bukan untuk substitusi solar tetapi untuk substitusi bioavtur. Apalagi akan ada ketentuan bahwa maskapai penerbangan Eropa dan Amerika yang berkunjung ke negara ASEAN wajib menggunakan bioavtur. Tahun 2016, Garuda Indonesia berencana menggunakan 2% bioavtur dalam BB pesawatnya yang akan dipasok oleh Pertamina. Sementara, Lufthansa menggunakan bioavtur (biokerosin) jarak pagar buatan Indonesia. Penerbangan lain yang menggunakan jarak pagar: NZ Airline, Air China (50% Boeing 747), Brazilian Airline (50%). Penerbangan China juga menggunakan bioavtur jarak pagar pada Boeing 747-400.
  • PT Alegria Indonesia (AI) bekerjasama dengan KPRI Budikarti mendorong petani di Pasuruan (Jatim) untuk menanam pohon jarak dengan harapan biji jarak akan dibeli dengan harga Rp.1200,-/kg. Lahan jarak di Pasuruan seluas 1350 Ha terus dikembangkan hingga 30.000 Ha. PT AI, Juni 2010, menerima LoI dari Industri otomotif Jepang Mitsubishi, Asahi Sangyo Kaisha, yang meminta pasokan 100 ribu ton CJO/bulan. Tiga perusahaan Jepang lainnya, Tokyo Electric Power, Kanshai Electric Power, dan Okinawa Electric Power juga pesan.
  • RNI (Rajawali Nusantara Indonesia) menanami lahannya 2.400 Ha dengan jarak pagar. Akan tetapi, produksinya rendah, hanya 1 ton biji kering/tahun (rendemen 21%).
  • Kompor biji jarak pagar (UB-16), hasil rekayasa kompor minyak tanah telah sukses dipopulerkan oleh Eko W sekaligus membantu usaha para pengrajin kompor. Kompor tsb disempurnakan lagi (UB-16S) agar mampu mengakomodasi bji-bijian dan bahan nabati lainnya.

Nyamplung (biodiesel / biokerosin / biofuel)
Nyamplung (Calophyllum Inophyllum) yang disebut juga bintangur sebagai BBN lebih unggul ketimbang jarak pagar, rendemennya 2 kali lebih banyak (74%), kualitas lebih bagus, budidaya lebih mudah, produktivitas lebih tinggi (nyamplung: 10-150kg/pohon, 20 ton/Ha; jarak pagar: 5 ton/Ha; sawit 6 ton/Ha). Nyamplung juga sukses ditanam di lahan gambut. Sebaran nyamplung di seluruh pantai Indonesia (tanah berpasir) sekitar 480 ribu Ha, dan 60% nya di kawasan hutan. Kemenhut menyediakan 3 juta bibit untuk ditanam di pesisir pantai seluas 3.000 Ha, salah satunya ditanam di pesisir pantai Cilacap seluas 350 Ha pada tahun 2007. Pilot project penanaman 10 juta biji nyamplung di areal 10 ribu Ha dilakukan di Madura pada tahun 2009 dengan harapan tahun 2012 sudah berproduksi, dan target 70 ribu kliter biodiesel nyamplung pada tahun 2025 dapat tercapai. Minyak nyamplung juga baik digunakan sebagai biokerosin (pengganti minyak tanah via proses degumming menggunakan H3PO4 23%, NaOH 0,3-0,6%, zeolit dan arang aktif. Daya kapilernya lebih rendah, sehingga perlu sumbu kompor lebih pendek). Kualitas biodiesel nyamplung sesuai dengan SNI 04-7182-2006 dengan rendemen konversi FFA menjadi metil ester 97,8%, dan biodiesel nyamplung dapat digunakan langsung pada kendaraan bermotor (B100) tanpa campuran solar.
  • Perusahaan yang mengembangkan biji nyamplung adalah PT Tracon Industry dan PT Nabati Sumber Energi.
  • DME Sumber Makmur Desa Buluagung, Kec. Silir Agung, Banyuwangi, Prov Jatim memproduksi 250 liter/hari biodiesel nyamplung dari 1 ton nyamplung. Untuk setiap 100 liter biodiesel itu diperlukan 70 liter metanol. CV Cahaya Khatulistiwa  memproduksi awal 1000 liter biodiesel nyamplung per hari pada tahun 2012 dengan harga Rp 8500-9000/liter. Purworejo memproduksi 200 liter/hari.
  • Biosolar nyamplung sudah digunakan sebagai BB kendaraan bis, mobil pribadi, dan traktor. Perusahaan Grup Salim memohon izin HTI nyamplung di Sulawesi. Pemerintah Belanda juga tertarik untuk mengembangkan  biosolar nyamplung.
  • Serbuk Biji nyamplung juga berfungsi sebagai baterai ramah lingkungan (diteliti oleh FKM-UNAIR) dengan tegangan (1,45 <1,5 V) dan arus (0,055 <0,06A) lebih rendah, daripada yang ada di pasaran sebagai pengganti baterai komersial di masa datang. Kerma dengan PT Informa dijajagi untuk memproduksi baterai nyamplung secara massal. Limbah baterai / pasta karbon dapat dimanfaatkan sebagai tinta whiteboard.
  •  C. Jonathan, H. Tjokrobudiyanto, dan A. Gunawan mengusung rancangan pabrik PT Calofuel Indo Persada berupa biji nyamplung sebagai bahan ET dalam Lomba Rancang Pabrik Tingkat Nasional (LRPTN) XII di ITB tahun 2011. Proses olah biji nyamplung menjadi biodiesel disebut proses Saka-Dadan (methanol superkritik) tanpa katalis melalui 2 tahap reaksi, yaitu hidrolisis dan esterifikasi pada suhu 270 oC dan tekanan 10 MPa selama 20 menit. Proses hidrolisis trigliserida (minyak nabati) menghasilkan asam lemak bebas, gliserol, dan air, kemudian setelah penambahan methanol diteruskan ke proses esterifikasi guna menghasilkan biodiesel berupa metil ester, air dan sisa methanol. Rancangan mereka memerlukan biji nyamplung 12.489,74 kg/jam dan methanol 441,48 kg/jam, yang menghasilkan biodiesel 4.186 kg/jam, gliserol (97,2 % massa) 434,24 kg/jam, resin (untuk industri Farmasi) 807,97 kg/jam. Biaya investasi + peralatan diperkirakan Rp. 99 + 178 miliar, waktu bangun pabrik 2 tahun, umur ekonomis pabrik 20 tahun. Harga bahan baku: Rp1.500,-/kg, Biodiesel Rp 6.500,-/kg, dan gliserol Rp.4000,-/liter. Lokasi pabrik diperkirakan di kawasan industri Kariangau, Balikpapan Barat, Balikpapan, Kaltim, dekat sumber bahan baku (21.700 Ha luar hutan + 10.100 Ha dalam hutan) dan pasar. Satu Ha nyamplung menghasilkan 20 ton biji/tahun dengan kandungan minyak 40-73%. 

Kemiri Sunan (Aleurites / Reutealis Trisperma / candlenut) 


Kemiri itu disebut Kemiri Sunan (KS), sebagai penghargaan kepada ponpes Sunan Drajat, Jatim yang telah mengembangkannya menjadi salah satu bahan pembuatan biodiesel, karena buahnya pahit, beracun, dan tidak dapat dimakan. Dulu disebut kemiri cina atau jarak bandung atau muncang priangan. kementerian ESDM berencana menggandeng lebih dari 20.000 ponpes untuk menanam KS. Komposisi minyak KS yang beracun terdiri atas asam palmitat (10%), stearat (9%), oleat (12%), linoleat (19%), dan alpha-elaeostearat (50%). Buah masak/kering langsung jatuh ke tanah dengan sendirinya. Rendemen biji KS dapat mencapai 50%, diperoleh 88% biodiesel, 12% gliserol menggunakan teknologi esterifikasi maupun trans-esterifikasi. Konversi minyak ke biodiesel memerlukan bahan penunjang seperti air, katalis asam (H2SO4 98%), Katalis basa (NaOH), dan metanol. Buah KS bisa mencapai 50-289 bahkan dapat mencapai 500 kg per pohon per tahun. Minyak kasar KS mencapai 10 ton /Ha/tahun, sedangkan kelapa sawit hanya mencapai 6 ton/Ha/tahun dan jarak pagar 3 ton/Ha/tahun.
Tanaman mulai berbuah 5 hingga 25 tahun bahkan 50 tahun atau lebih cepat dari 5 tahun bila menggunakan pemuliaan tanaman. Ia dapat dijadikan tanaman konservasi, termasuk lahan kritis dan lahan bekas tambang (mis. tambang timah (4Ha), Kel. Parit Padang, Bangka, dan tambang batubara), pohonnya rimbun, sekitar 80.000 helai  per pohon dengan akar kuat dan dalam (dapat mencapai 4 m). Ada sekitar 59juta Ha lahan terlantar yang dapat dijadikan hutan KS. Jika 12juta Ha saja ditanami KS (via rekayasa bibit dan pupuk hayati, ~10ton biodiesel/tahun), maka 2,5juta barel biodiesel/hari dapat diperoleh.
Bungkil minyak KS, sisa hasil perasan minyak, masih dapat digunakan untuk maksud lain, misalnya untuk cat, tinta, bahan pengawet, bio-pestisida, vernis, briket, biogas, sabun, pupuk organik, pakan ternak, pelumas, minyak kain, resin, kulit sintetis, kampas, lapisan pelindung kawat dan logam, dll. Bungkil itu juga masih dapat dijadikan biogas. Dari 3 kg bungkil diperoleh 1,5 m3 biogas, setara dengan 1 liter minyak tanah. Satu rumah tangga memerlukan 2-3 m3/hari biogas atau sekitar 6-9 kg bungkil/hari atau 2-3 ton bungkil/tahun atau 6 ton biji kering/tahun atau 15 pohon KS.
Rantai hidrokarbon KS lebih dekat ke bio-avtur dan bio-gasoline dibanding ke biodiesel (yang perlu rekayasa genetika). Bila dipaksakan menjadi biodiesel, kualitasnya di bawah biodiesel sawit.
  • Pemprov. Kalbar menanam 12.300 batang KS di tanah ~5.000 Ha milik masyarakat via Koperasi Minyak Nabati Banuah.
  • IPB menyiapkan 200 Ha untuk menanam pohon KS di HPGW guna dijadikan proyek bioenergi.
  • PT BHL (Bahtera Hijau Lestari) sudah memiliki benih sekitar 0,6juta pohon siap tanam di Sumbawa dan Lombok. Contoh tanaman terawat ada di Bali dan Lombok. PT BHL siap membeli KS Rp500,-/kg dari masyarakat. Perkiraan biaya produksi biodiesel KS sekitar 4500-5000Rp/liter, dengan kemampuan mereduksi karbon dan oksigennya melumasi mesin.
  • Biodiesel KS telah diuji oleh di fasilitas uji PT Tri Ratna Diesel Indonesia, Gresik, Jatim yang hasilnya setara dengan solar (B100, tanpa campuran solar, tanpa modifikasi mesin).
  • Kementan menganggarkan Rp.122,13 juta untuk proyek percontohan pengembangan tanaman KS di Garut, Subang, Majalengka, Indramayu, dan Sumedang dengan total luas lahan 23 Ha.

    Biji Karet (Hevea Brasiliensis)

     Manfaat biji karet cukup banyak, misalnya cangkang biji dapat dijadikan arang aktif, pencampur obat nyamuk; bijinya diambil minyaknya untuk cat/pernis, batik, sabun, alkolid resin, dll. Bungkil/ampas sisa proses ekstraksi digunakan untuk pakan ternak. Toksik/racun dalam biji berupa linamarin (C10H17NO6), sehingga bungkilnya mengandung racun HCN >50ppm, tetapi racun tsb dapat diturunkan hingga batas aman untuk manusia / ternak melalui cara perendaman / pemanasan / perebusan (rendam 24jam, setiap 2jam diganti airnya lalu direbus 2jam). Kadar cianida harus <1 mg/kg berat badan per hari. Oleh karena itu, ada es krim biji karet, minyak goreng, dan tempe biji karet (pengganti kedelai) yang dibuat setelah racun HCN diturunkan kadarnya. Biji karet mengandung protein 27%, lemak 32,2%, dan karbohidrat 15,9%.
    Potensi biodiesel dari minyak biji karet cukup besar di Indonesia. Selama ini biji itu hanya dibuang saja, berserakan di tanah dimakan hewan liar. Total luas kebun karet Indonesia mencapai 3,44 juta Ha, terluas di dunia (produsen karet terbesar kedua dunia setelah Thailand, karena produktivitas karet Indonesia rendah) dengan potensi minyak biji karet sekitar 26 juta liter/tahun. Ada sekitar 1,7 miliar pohon dan 85% dimiliki petani kecil dan menengah. Di Jateng saja seluas 23.515Ha dengan produksi sebesar 20 ton/tahun. Biji karet dari kebun didapat sekitar 400ribu butir/Ha/th untuk kerapatan + 500 pohon/Ha. Kadar minyak dalam biji sekitar 50% dan rendemen 38% diperoleh dengan cara pres-mekanik. Penggunaan alat distilasi reaktif, gelombang mikro, reaktor osilasi, transesterifikasi ultrasonik guna menaikkan rendemen juga dilakukan. Upaya rekayasa pabrik minyak biji karet telah dicoba. Proses degumming minyak biji karet (dalam pembuatan PPO) dilakukan via membran polipropilen. 

    Dr Ad & Biosolar dari biji karet
    Univ Palangkaraya (UPT Cimtrop, Centre for International Co-operation) bekerjasama dengan Rijksuniversiteit Groningen, RUG (Dr. Ad de Leeuw) dan peneliti Jerman Erwin Wilbers memroses biji karet Kalimantan menjadi PPO dan biosolar skala internasional. Dr. Leeuw menjelaskan bahwa biji karet dikeringkan selama 24 jam pada suhu 60 oC menggunakan oven sederhana, lalu dikeringkan hingga kadar air mencapai 6% dengan cara dikemas dalam kantong plastik dan disimpan dalm tong selama 8 bulan. Biji dipres dengan mesin giling (Olprintz) berkapasitas 2,5 liter/j. Minyak PPO dikonversi menjadi biosolar dengan teknologi CCS (Centrifugal Contactor Separator, settling / pengenapan, saring 25/10/5/mikron, campur PPO dengan methoxide, CH3ONa, T 60oC, pengenapan, cuci dengan air lalu dianginkan) hingga menjadi biodiesel sesuai standar Jerman.

    Mikroalga (Ganggang Mikro, Lumut) (biodiesel, air laut)
    Botryococcus Braunii
    Mikroalga yang menghasilkan minyak adalah bersel satu, tak berakar, tak berdaun, berkhlorofil, terutama yang hidup di laut. Satu juta Ha mikroalga dapat menghasilkan setara 1 juta barel minyak/hari, atau produksi minyak mikroalga ~80.000liter/Ha kultur/tahun. Rig-rig bekas (di laut) akan digunakan untuk pembiakan mikroalga (penyimpanan kultur). Sekitar 2juta Ha laut akan disiapkan di sekitar pulau terluar Indonesia yang dilengkapi dengan penempatan infrastruktur mikroalga (total laut Indonesia 600jutaHa). Pengembangan mikroalga akan ekonomis bila harga solar sekitar Rp.10.000/liter. Pembiayaan budi-daya mikroalga memang lebih mahal (teknologi tinggi), tetapi menghasilkan minyak lebih banyak. Jika faktor kering 50%, maka 5 kg mikroalga basah dapat menghasilkan 2,5 kg sel mikroalga, dan bila faktor lipida 40%, maka akan diperoleh 1 liter biofuel. Biofuel mikroalga merupakan B100, langsung dapat dipakai sebagai bahan bakar tanpa campuran. Panen mikroalga hanya 7-10 hari, minyak jarak perlu 3 bulan (1,6kL/Ha), dan sawit perlu 5 bulan. Di Indonesia, mikroalga ini dapat dipanen lebih dari 50 juta ton/th sekali panen. Mikroalga memerlukan nutrisi (pupuk NPK, ZA, dll), gas CO2 (2,88 ton per 1 ton mikroalga), dan matahari. Pengeluaran minyak dari mikroalga menggunakan teknik pengepresan, ekstraksi dengan bantuan heksana, dan ekstraksi ultrasonik. Jenis mikroalga dengan minyak tinggi adalah Botryococcus braunii (70%), Schizochytrium sp (60%), dan Chlorella (30-40%). Limbah mikroalga (pigmen / beta-carotene dan cangkang mikroalga) masih dapat dimanfaatkan dan bernilai jual tinggi. Pigmen dapat dibuat sel surya, dan bahan kosmetik (klorofil A murni sebagai obat kanker bernilai ~Rp.70juta/mgram). Cangkang mikroalga dapat digunakan sebagai nanobiosilika dan nanomaterial untuk katalis berbasis zeolit.
    • Belanda, Kanada, dan Selandia Baru tertarik untuk membudidaya mikroalga terutama di Papua, dan Bintan / Kep Riau. 
    • PLTU Suralaya, Banten (PT Indonesia Power) membangun Pilot Plant Mikroalga guna memanfaatkan gas buang CO2 untuk mengembang-biakkan mikroalga sebagai bahan baku biodiesel. Dua gram emisi CO2 menumbuhkan 1 gram mikroalga. Tahun 2000, emisi CO2 dari pembangkit listrik PLN & swasta saja di Indonesia sekitar 60juta ton CO2 (30% dari total CO2 nasional) dapat menghasilkan ~ 30juta ton mikroalga atau 6juta kliter biofuel. Jumlah itu setara dengan kebutuhan biofuel Indonesia th 2015. Makin banyak PLTU dibangun di Indonesia, makin besar pula produksi biofuel dari mikroalga.
    • ExxonMobil membuka pintu kerjasama riset bagi Indonesia. Lemigas melakukan riset mikroalga air tawar sejak th 1980. Bila ingin memroduksi 100 ribu ton mikroalga/th secara komersial, maka perlu dana investasi Rp 1,36 triliun.
    • PT Pengembangan Alga Indonesia (PTPAI) melakukan produksi dan riset pula di Indonesia.
    • ITB membiakkan mikroalga (Thalassiosira sp.) dengan teknik ultrafiltrasi, PT Rekayasa Industri mengembangkan bioreaktor mikroalga, dan Badan Riset Kelautan dan Perikanan mencari spesies mikroalga terbaik guna menghasilkan biofuel yang optimal.
    • Manfaat lain mikroalga: mahasiswa ITK-IPB menciptakan biobaterai (1,45-5,63V) dengan bahan elektrolit berupa campuran 4 spesies mikroalga (Tetraselmis Chuii, Tetraselmis suecica, Chlorella sp., dan Nannochloropsis sp).
    Biota Laut
    Pemprov Riau (Eddiwan) memanfaatkan biota laut menjadi biodiesel. Air laut diendapkan dalam bak penampungan, lalu disuling dengan alat suling berukuran 0,1 mikron (plankton net) yang akan mendapatkan minyak sel yang berasal dari biota laut (zooplankton) dan terkumpul, lalu diubah menjadi biodiesel yang cocok untuk pompong (kapal nelayan). Bung AK juga menemukan biota laut yang dapat diproses menjadi 30% minyak mentah lalu dapat diubah rmenjadi bio-BBM atau dia sebut BBN (BB Nusantara) dan ampasnya (10%) dapat dijadikan bahan pupuk / aspal.


    SOLAR EMULSI (Makro/Mikro, Solar + surfaktan + Air)


    PT Pertamina melakukan inovasi (selain Pertalite) sejak 2008 dengan cara mencampur solar + air yang disebut Solar Emulsi (cetane number 65, lebih baik dari biodiesel) dengan komposisi solar (cetane number 48) 75%, surfaktan / asam lemak (terbuat dari CPO) 15%, dan air murni 10%, via proses emulsifikasi (asam lemak dan air menyatu dalam skala nano). Solar emulsi itu ternyata cocok untuk mesin genset, mesin pabrik, angkutan umum, dan motor tempel nelayan (sudah lulus uji dari Lemigas / ESDM) yang disebut Solar Emulsi Makro. Sementara, Solar Emulsi Mikro cocok untuk kendaraan bermotor (sedang diuji di ITB menempuh jarak 10.000km). Solar emulsi itu menguntungkan, karena 1) ramah lingkungan, 2) lebih murah 8% dari harga solar biasa, 3) hemat 25%, 4) emisi NOx berkurang hingga 40% (opasitas <10, asap menjadi putih, sebelumnya, opasitas >15, asap berwarna hitam), dan mendapatkan kredit karbon. Negara-negara seperti Jepang, Inggris, Italia, Perancis, Filipina, Singapura telah menggunakannya. Target Pertamina selanjutnya: solar emulsi akan dicampur air 20%. R&D terus dilanjutkan, karena negara lain telah berusaha menyerbu dengan produk solar emulsi mereka ke Indonesia.
     

    PPO (PURE PLANT OIL)


    PPO lebih murah bila dibandingkan dengan biodiesel (pengganti solar), karena proses memperolehnya lebih sederhana sehingga biaya lebih murah dan dapat langsung digunakan dalam mesin tertentu (tidak bergerak, genset). Penggunaan PPO di kendaraan bermotor memerlukan modifikasi mesin, misalnya mengurangi kekentalannya (pemanasan awal terhadap mesin) untuk menyempurnakan pembakaran dan penghilangan karbonasi. Selain dari bahan baku CPO, PPO dapat dibuat pula dari kelapa, biji karet dan jarak pagar. 
    • PLN menggunakan PPO dari minyak sawit (CPO) untuk menyalakan 114 PL skala kecil dan menengah (PLTD), seperti proyek percontohan di Lampung (11 MW) dan di Nusa Penida (1,5 MW), Bali. BPPT membantu mengembangkan teknologi pembuatan PPO tersebut. Bahan bakar PLTD adalah campuran 80% PPO dan 20% Diesel. Contoh PLTD di provinsi lainnya, Kalsel: PLTD Muara Teweh-Kuala Kapuas (0,425MW), Pangkalan Bun (lama) (3MW), Buntok-Kuala Kapuas (4MW), Kotabaru-Kotabaru (4MW), Pagatan-Kotabaru (4,5MW); Kaltim: PLTD Petung (10MW), Long Ikis (2,5MW), Melak (1,25MW), Kota Bangun (2MW), Nunukan (5MW), Tanjung Selor (4,25MW), Malinau (1MW); Sumut: PLTD Gunung Sitoli-Nias (4,5MW); Maluku: PLTD Piru-Ambon (0,75MW), Bula (0,375MW), Sofifi (0,75MW), Malifut (0,55MW), Maffa (0,150MW), Kairatu (0,7MW), Masohi (0,7MW); Kep. Riau: PLTD TB Karimun (13 MW), Teluk Kuantan (1,1MW). 
    • PLN telah meneken kerma jual-beli PPO dengan 3 perusahaan besar seperti PT Smart Tbk (3.320 ton untuk PLTD Titi Kuning, di Medan), PT Wilmar Nabati Indonesia (1.250 ton untuk PLTD Bagan Besar & Bagan Siapi-api, di Dumai), dan PT Wilmar Cahaya Indonesia (2.150 ton untuk PLTD Sudirman, PLTD Sambas, PLTD Menyurai, Sintang, dan PLTD Semboja / 5,3 MW, Sanggau, Kalbar).

    CPO Langsung pada motor diesel / Genset
      Upaya penggunaan langsung CPO dalam motor diesel memerlukan peralatan tambahan berupa pemanas awal BB yang dapat diambil dari gas buang suhu tinggi atau pemanas listrik. Pemanasan CPO hingga 95oC telah dicoba agar CPO dapat langsung digunakan dalam motor diesel dengan performansi dan gas buang yang sama dengan solar. Pemanasan awal itu berfungsi untuk menurunkan densitas dan viskositas BB, memperpendek ignition delay, sehingga pembakaran lebih baik, deposit pada ruang bakar lebih sedikit, dan tidak menimbulkan keausan abnormal pada komponen mesin. Pemilihan temperatur pemanasan disesuaikan dengan konsentrasi campuran CPO. Sementara, Campuran CPO 50% dengan solar fosil 50% masih dapat langsung digunakan tanpa pemanasan awal.


      BIOETANOL (SNI: 7390:2012); Subsidi: Rp.0,-/liter (2020).

      Sumber: Singkong, limbah biomassa, limbah air kelapa, limbah buah+sayur, sorgum, tetes tebu / tebu / ampas tebu, aren, nipah, rumput laut, alga, jerami padi, sagu, bonggol pisang, gas CO2, batubara, dll.


      Produsen bioetanol: BPPT Lampung (2,5ML/th, singkong); PT Sugar Group (PT Indo Lampung Distillery, ILD), Lampung (70ML/th, Tetes, terintegrasi); Molindo Raya (80ML/th, tetes tebu eks PTPN) Lawang, Malang, Jatim; PT Indo Acidatama (50 ML/th, tetes) Karanganyar, Solo, Jateng; PT Aneka Kimia Nusantara (17 ML/th, tetes) Mojokerto, Jatim; PASA Jatiroto (7,5 ML/th) Lumajang, Jatim; PT Madu Baru (7 ML/th) Yogyakarta; PSA Palimanan (7 ML/th) Cirebon, Jabar; Basis Indah (5,5 ML/th) Makassar, Sumsel; Permata Sakti (5 ML/th) Medan, Sumut; Molasindo Alur Pratama (3,6 ML/th) Medan, Sumut; PTPN X (30ML/th, 120kton/th tetes); PT Medco Ethanol (60 ML/th, singkong/) Lampung; PT Madusari Lampung Indah (50 ML/th, Singkong + Tebu) Lampung; PT Indonesia Ethanol Industry (60 ML/tahun, singkong) Lampung Tengah, Lampung; Sampoerna Bio Energi (60 ML/th, singkong) Jateng & Jatim; dan Humpuss (60 ML/th) Kotabumi, Lampung. PG Ngadirejo (30ML/th, Kediri, tetes 292.500 ton dari PTPN X). Jadi, total produksi setahun sekitar 595 ML/th = 595 ribu kL/th.

      Sepuluh pabrik etanol siap memproduksi Gasohol (10% etanol + 90% premium) 2 di Jatim, 1 di Jateng, 1 di DIY, 2 di Jabar, 3 di Sumatera, 1 di Sulsel. Bila gasohol E-10 harus diwujudkan, Indonesia butuh sekitar 3.000 ML/th atau 3 juta kLiter bioetanol/th, sedangkan produksi nasional baru 595 ribu kL/th (19,83%). Sesuai dengan Permen ESDM no. 12 tahun 2015,  maka blending bioetanol ke BBM th 2016 mencapai 20% (E-20). Sementara, berbagai negara telah memblending etanol ke petrol dari E5 hingga E25. (Argentina/E5, Australia/E10, Austria/E10, Brazil/E20-25, Canada/E5, China/E10, Colombia/E10, Filipina/E10, Jerman/E5-10, Perancis/E5-10, USA/E10, dll.).

      Toyota Indonesia (TMMIN) telah membuat mobil etanol (E100) sejak 2010, tetapi dengan produksi 500-600 unit per bulan. TMMIN terpaksa mengekspor 18.060 mesin Toyota Hilux ke Argentina yang selanjutnya ke Brazil, karena terbentur kebijakan pemerintah yang belum pro etanol (Pengalihan kebijakan energi dari BBM ke BBG). Pengembangan mesin yang dapat menyerap etanol 85% sedang dilakukan untuk pasar Thailand dan negara ASEAN lainnya.  


      Toyota juga mampu mengubah mesin bensin ke bioetanol dengan menambah komponen spesifik di beberapa bagian. Mesin etanol tersebut merupakan tipe mesin 2TR-FFTV berkapasitas 2.694cc menggunakan IN-VVT, dengan sistem gasoline sub-tank, yang menghasilkan tenaga maksimal hingga 120/5.000 (kW/rpm) dan torsi maksimal 245/3.800 (Nm/rpm).
       
      Di sisi lain, masyarakat terutama mahasiswa sangat tertarik untuk memanfaatkan bioetanol pengganti BBM menjadi BB masa depan. Contoh: Tim Rakata ITB merakit purwarupa mobil roda tiga berBB bioetanol murni (Khusus lomba) dengan konsumsi 1 liter bioetanol (nilai oktan 105-110) mencapai 350 km, sekaligus menyabet juara I eco-marathon Asia (kategori Shell Student Energy Challange, 2013), Sepang, Kuala Lumpur, Malaysia. Th 2011 sejauh 244 km, dan th 2012 sejauh 291 km.


      Tim Horas USU (mesin USU III) juga ikut mengembangkan mobil etanol sekaligus meraih juara internasional mobil pick-up rakitan SEM (Shell Eco-Marathon) Asia (2014) di Manila yang berhasil menempuh jarak 101,4 km per 1 liter bioetanol. Sementara, tim ini (Mesin USU V, etanol) pada kompetisi SEM Maret 2015 di Luneta Park, Manila (Filipina) menempati posisi ke 2 dengan capaian 136km per liter.


      Mobil Etanol BASUDEWO (ITS)
      Tujuh Mahasiswa D3 Teknik Mesin  ITS Surabaya mengembangkan mobil bioetanol BASUDEWO Urban Ethanol (BUE). Rangka mobil hollow Aluminium dengan tebal 1 mm, panjang 5 cm, lebar 2 cm, dan bodi 2300 mm. Ia menggunakan busi platinum dengan rasio kompresi mobil 1:12. Badan mobil terbuat dari fiberglass dan custom Aluminium. Mesin mobil berkapasitas 110 cc, dengan transmisi manual 4 speed, dan pengereman cakram hidrolik. Dimensi mobil: panjang 2500mm, tinggi 1200 mm, dan lebar 1300 m. Konsumsi BB 98,015 km/liter etanol.

      Di lain fihak, akibat permintaan harga bioetanol dalam negeri (Juli 2014) yang terlalu rendah (Rp7.700-7.800,-/L), sementara pasar ekspor bisa mencapai Rp8.500-9.000,-/L, maka PTPN X  (kapasitas produksi: 30 ML/th) (melalui anak perusahaannya: PT Energi Agro Nusantara) terpaksa mengekspor bioetanol ke LN (Filipina 4 ML via pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, dan Korsel). Pasar Taiwan, Belanda, Jepang, dan Singapura masih dijajagi. Bulan Desember 2014, harga bioetanol (FGE) Dalam Negeri disesuaikan oleh pemerintah, yaitu berkisar antara Rp.9.200-9.400 per liter, tetapi PTPN X masih sempat mengekspor ke Singapura 12 ML. 

      Indonesia masih memerlukan otoritas dan infrastruktur khusus bioetanol. Bila kebijakan pemerintah yang pro etanol/bioetanol diwujudkan maksimal, maka pro lainnya seperti pro-poor, pro-job, pro-growth, dan pro-environment / pro-planet lambat-laun akan tercapai, dan rakyat pedesaan dan pesisir Indonesia akan sejahtera, karena mereka menguasai biomassa dan produk laut (rumput laut dan alga) sebagai bahan baku bioetanol.

      Singkong/ubi kayu/Ketela Pohon

      KNMI (Komisi Nasional Masyarakat Indonesia) bekerjasama dengan PT Energi Karya Madani menemukan pengganti bahan bakar premium yang disebut Biopremium yang ramah lingkungan dengan bahan dasar bioetanol (kadar etanol 96-99%) yang berasal dari proses fermentasi singkong. Satu liter etanol perlu 6 kg singkong. Singkong emas juga dimanfaatkan untuk diubah menjadi bioetanol di Kupang, NTT.
      • ICMI Orwil Jawa Barat mendirikan pabrik bioethanol (90-94%) berbahan baku singkong 1,5 ton/hari di Ds. Cijambe, Kec. Cikelet, Kab. Garut, yg beroperasi sejak Maret 2009 dg kapasitas 200 liter/hari. Harga per liter bioetanol dipatok Rp.10 ribu dari biaya produksi Rp 7 ribu.
      • Sri Nurhatika (Ika) Dosen Biologi ITS dan timnya mengenalkan bioetanol dari singkong raksasa/telo genderuwo/limbah pabrik tepung tapioka beserta kompornya. Kompor aluminium diproduksi bersama Koperasi Manunggal Sejahtera. Ika + tim mengenalkan produknya kepada pembatik di Jawa.

      Limbah TKKS
      Indonesia dapat menghasilkan 150 juta ton biomassa limbah pertanian dan perkebunan (sawit saja per tahun: 5,53 juta ton pelepah, 4,46 juta ton tandan kosong. Bila hanya 20%-nya diubah menjadi bioetanol (generasi 2), maka energi yang dihasilkan setara dengan kebutuhan BBM 3 juta mobil per tahun. Menteri ESDM melarang ekspor cangkang sawit, bahkan mendorong pembangunan PLTU biomassa bagi para pengusaha sawit agar memiliki listrik sendiri (Biaya PLTU biomassa 2x15 MW sekitar Rp.220miliar).
      • BPPT PTPSE (Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi) dan MHI (Mitsubishi Heavy Industries Ltd.) bekerjasama memanfaatkan TKKS (potensi sekitar 20 juta ton basah atau 10 juta ton kering per tahun) sebagai bahan baku (lignoselulosa bioetanol) untuk memproduksi bioetanol. Proses dari TKKS menjadi Saccharide liquid menggunakan teknik hydrothermal dilakukan oleh MHI, kemudian cairan yang dihasilkan difermentasi dan dijadikan etanol oleh B2TP (Balai Besar Teknologi Pati).
      • LIPI (Kimia Terapan) dan pemerintah Korea Selatan (KOICA, dengan bantuan KIST dan Changhae Engineering Co.Ltd,) bekerjasama melakukan penelitian TKKS menjadi bioethanol via fermentasi. Teknologi yang ditemukan mampu mengolah 1000 kg sampah menjadi 150 liter/hari bioetanol dengan tingkat kemurnian 99,95%. Korsel memberikan dana hibah US$3 juta, dan LIPI memberikan dana pendamping US$ 600 ribu. Stasiun percontohan Laboratorium Penelitian Energi, Lingkungan dan Bahan Kimia Alami dibangun di Serpong.
      • Rumput Teki (Cyperus rotundus) diproses oleh mahasiswa TEP FTP-UB, Malang dengan pretreatment gelombang mikro menjadi bioetanol.

      Limbah Air Kelapa
        Indonesia penghasil kelapa dengan limbah air kelapa sekitar 780 juta L/th yang dapat dimanfaatkan menjadi bioetanol.
        •  Siswa MAN 2 Model Pekanbaru mengubah limbah air kelapa menjadi bioetanol gel. Dua ratus gram bioetanol gel setara 1 liter minyak tanah.
        • FKIP Univ. Tadulako memanfaatkan air limbah kelapa menjadi bioetanol dengan hasil 27,9% yang menggunakan starter air kelapa+air masak: ragi tape = 6:3:1. Hadi memfermentasi (selama 70 jam) 200L limbah air kelapa menjadi 90 L bioetanol 70%, sedangkan dari 200 L legen menjadi 110 L bioetanol 70%. Proses penyulingan (sekitar 78 oC) menggunakan serbuk gergaji. Proses cepat terhadap air kelapa perlu dilakukan karena di udara ia akan segera berubah menjadi asam yang tentu saja akan mengurangi kadar gula.

        Limbah Buah 

        Limbah buah seperti salak, maja, pepaya, mengkudu, nenas, pisang, dll dapat diubah menjadi bioetanol. Mahasiswa UGM Yogyakarta mengembangkan kompor bioetanol dari limbah buah salak yang cacat atau busuk. Dusun Ledoknongko, Kec. Turi, Kab. Sleman, DIY, adalah sentra penghasil salak dengan limbah salak sekitar 1-3 ton/bulan. Satu liter bioetanol diperoleh dari 10 kg limbah salak melalui proses fermentasi (T=37oC) selama sepekan dengan menambah ragi (tape 3%) dan urea (1% dari bubur salak), kemudian diperas dan cairan yang dihasilkan dikenai proses distilasi pada temperatur 78oC. Sisa sampah salak digunakan sebagai pupuk organik. Di sisi lain, pelepah/daun salak melalui proses pirolisis dapat diubah menjadi bio-briket dan biokerosin. Sementara, biji salak dapat diubah menjadi briket biji salak (+ampas kelapa+sereh). Siswa Smanela (SMAN 5 Denpasar) mengelola limbah buah maja menjadi bioetanol.

        Sorgum (Sorgum bicolor L)

        Keunggulan sorgum: 1) beradaptasi pada berbagai agroekologi (pantai-pegunungan); 2) butuh air sedikit, 150-200 mm/musim (0-700dpl) (1/2 dari jagung, 1/3 tebu); 3) tahan di lahan marjinal (asam, asin, basa, pH 5,5-7,5) atau tandus; 4) dapat tumbuh di lahan miring; 5) tahan hama. Sorgum mengandung karbohidrat 73,8% (beras 76%, terigu 77%); protein 9,8% (beras 5%, terigu 12%); mineral Ca, Fe, P, Mg, dan vitamin B1 dan B6 dan lebih unggul dibanding beras. Jadi, sorgum dapat berfungsi sebagai beras alternatif. Bahkan, sorgum berserat tinggi dan sekaligus antioksidan sehingga baik bagi penderita diabetes. 6) Sorgum dapat dipanen setiap 100 hari atau dapat dipanen 3 kali setahun. Biji sorgum sebagai pengganti beras, batang sorgum diperas untuk mendapatkan niranya guna pembuatan gula kristal (atau MSG/penyedap makanan, sirup) dan bioetanol (biaya fermentasi & distilasi sekitar Rp.4000,-/liter). Hasil perasan batang sorgum masih dapat digunakan sebagai pakan ternak (silase) yang lebih bergizi dibandingkan rumput Gajah, rumput Taiwan, dan jerami padi. Gizi Sorgum setara jagung.
        Galur Super-1 (Watar Hammu Putin dari Sumba, NTT) dan Super-2 (ICRISAT) ditunjuk untuk memenuhi kebutuhan bioetanol dalam negeri ( 6 ton biji/Ha, nira >17 % (13,6-18,4 %) skala Brix (tebu 12-19 %), bioetanol (batang+biji) diperoleh sekitar 8.000-9.000 Liter/Ha, dan 30 ton biomassa/Ha untuk bahan kertas). Mereka tahan penyakit aphids, antraknos, karat daun, dan hawar daun.
        Pengembangan Sorgum/canthel (Jawa) di Indonesia baru masuk skala komersial. Desa Legundi adalah salah satu lokasi DME bioetanol sorgum
        • Tanaman Percontohan budidaya sorgum manis dilakukan oleh LIPI di Kalianda, Bandar Lampung yang dapat mencapai 430 ton/Ha/tahun dengan kandungan gula 16-20% (sebagai bahan baku bioetanol, sirup, dan bumbu masak). Di Riau, LIPI memproduksi bioetanol dengan target >400 ton/Ha/tahun. Th 2014, sorgum manis ditanam di lahan 10.000 Ha yang bermitra dengan RPN, PT Samirana, dan pemda yang berkenan. Satu Ha dapat menghasilkan 18.000 L bioetanol/tahun, sehingga harganya dapat setara bensin premium. Sementara, harga bioetanol singkong / molases masih tinggi (Rp.9.000-12.000 per liter) (FG >99,5%).
        • PT BLUE (Banyu Lancar Unggul Engineering) Indonesia membudidayakan 15 varietas bibit unggul Sorgum dari BATAN (di antaranya adalah Samurai-1/bioetanol & Samurai-2/pangan) di Balikpapan, Kaltim, yang disebarkan ke masyarakat dengan pola inti plasma yang hasil panennya akan dijamin pembeliannya oleh PT BLUE. Satu liter bioetanol sorgum memerlukan batang 16-20 kg, atau bila dari biji sorgum perlu 2,5 kg biji (dengan proses kimia yang lebih panjang).
        • Brunei Darussalam bekerjasama dengan Walikota Solo
          Jokowi (Solo) & ladang Sorgum
          menginvestasikan dana Rp800 miliar membangun dua pabrik raksasa industri olahan sorgum pengganti beras (satu pabrik memerlukan lahan 30Ha) di wilayah Soloraya (kantor pusat di Solo), dan lokasi kabupaten terpilih adalah Wonogiri dan Sragen. Sekitar 60 ribu petani lokal akan dilibatkan dalam industri bahan makanan (gandum lokal) dan bioenergi (bioetanol untuk ekspor).
        • Investor jepang PT Panen Energi (Syswave Holding Co.) memperkenalkan bibit sorgum (varietas B6, B8, dan KOI) di Karang Tengah, Wonogiri yg bisa dipanen 3 bulan sekali, tinggi 2,5-5 m, yang diharapkan mampu menghasilkan bioetanol 2.000-3.500 liter/Ha/musim. Kementerian BUMN mengembangkannya untuk konsumsi di Sumbawa dan Jember seluas 100 Ha. 
        • PT Pertamina & PT Askes bekerjasama memproduksi sorgum di Atambua pada lahan seluas 200 Ha. PTP II membudidaya sorgum di Ngawi dan Banyuwangi seluas 3.000 Ha di sela-sela pohon karet, kapuk randu, dan kelapa.
        • Hingga th 2008 sorgum telah dikembangkan di 7 provinsi (Jawa, Bali, Sumatera, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua)  & 12 Kab. yang mencapai 6.226.500 Ha. Ini sebagai bukti bahwa Indonesia tidak dapat di"beras"kan. Kearifan lokal perlu dikembangkan, karena musim sulit air tidak cocok untuk padi, tetapi cocok untuk sorgum.
        • Penanaman sorgum di Flores (NTT) menghasilkan 200 ton pada lahan kering tandus seluas 65 Ha, yang dinilai cukup berhasil. Sorgum dibudi-daya, diolah, dan dikonsumsi.
        • Uji-coba gula sorgum dilakukan di PTPN XII, XIV, dan PT Berdikari. 
        • Dinas Pertanian & Kehutanan Kab. Bantul, DIY, mengembangkan sorgum pada lahan 400Ha di bantaran sungai di Ds. Poncosari, Srandakan (tersedia 200Ha). Sisanya 200Ha tersedia di Kec. Sedayu, Bambanglipura, Pleret, Imogiri, dan Pajangan.

        Tetes Tebu/Tebu
          Selain memperluas areal tebu, Indonesia merevitalisasi pabrik gula berbasis tebu guna meningkatkan swasembada gula nasional. Produk tetes (mengandung gula ~52%) seluruh pabrik gula di Indonesia (2013) sekitar 1,4 juta ton/th, digunakan untuk industri bioetanol hanya 600 ribu ton/th, sisanya diambil industri MSG/moto + industri pakan ternak (600 ribu), dan diekspor (200ribu). Namun, tingginya harga tetes di pasar internasional menyebabkan produsen tetes menaikkan ekspornya hingga 800 ribu ton/th (DN: US$98,2/ton, LN: US$120/ton). Bila konversi tetes 600 ribu ton/th itu ke bioetanol 4:1, maka produksi bioetanol masih di bawah rencana pemerintah 194 ribu kL.
          • PTPN X (Rp.311milyar) bekerjasama dengan Jepang, NEDO (Rp.150milyar) membangun pabrik bioetanol tetes dengan kapasitas 30 ML/th di samping pabrik gula Mojokerto dan sudah berproduksi. Ekspor bioetanol yang dijinkan sekitar 20 ML/th, maka 4 ML/tahun diekspor ke Filipina (untuk campuran BB 10-20%), 12 ML/tahun ke Singapura,  dan hanya 60 kliter/bulan (0,72ML/tahun) diserap oleh PT Pertamina. 
          • Medco akan membangun pabrik bioetanol di Papua dengan bahan baku tebu. Tanah seluas 65.000 Ha (dari total 200.000 Ha) telah dialokasikan di Papua Selatan. 
          • PT Barata Indonesia (Persero) yg menggandeng Sapporo & Tsukisima Kogyo Jepang menggarap proyek putar kunci bioetanol (99,6%) kapasitas 100 kL/hari milik PTPN X yang berlokasi di pabrik Gula Gempolkrep, Mojokerto. Uji-coba dilakukan th 2013. Limbahnya berupa gas metan sebagai umpan diesel gas engine menjadi listrik 2,5 MW.

          Ampas Tebu

          PTPN X (Persero) mendiversifikasi umpan pabrik bioetanol menggunakan ampas tebu (baggase) (th 2015) (teknologi bioetanol generasi 2) dengan kapasitas produksi 130ribu ton bioetanol/th (= 130.000.000 x 1/0,789 L/th = 164,8 ML/th) (umpan ampas sebanyak 1.492,4 ton/hari, dg bahan pembantu: H2SO4, Ca(OH)2, H3PO4, (NH4)2SO4, Z. Mobilis, dan antifoam). Tahap 1: pemecahan ikatan lignin dan konversi hemiselulosa menjadi xylosa (katalis H2SO4 1,5%, T: 190oC, P: 13bar). Tahap 2: hidrolisis selulosa menjadi glukosa (dg biokatalis enzim selulosa 12 FPU/gr selulosa, pada T 65oC). Tahap 3: fermentasi glukosa dan xylosa (dg bakteri Zymomonas Mobilis pada T: 32oC, t:48 jam). Tahap 4: distilasi dan dehidrasi (dg molecular sieve) guna menghasilkan bioetanol 99,6%. Limbah berupa gas CO2, lignin tak larut, gypsum, dan biomassa sisa lainnya. Satu liter bioetanol memerlukan 5 kg ampas tebu (Rp.1000,-) atau 4 kg tetes tebu (Rp.4000,-). Sekitar 1,3-1,5 juta ton tebu menghasilkan 300-500ribu ton ampas tebu yang dapat dikonversikan ke bioetanol. Tebu sekitar 6juta ton/th digiling oleh 11 PG milik PTPN X  yang menghasilkan ampas tebu 1,8juta ton/th. Sisa ampas tebu digunakan untuk pembangkit listrik ampas tebu (cogeneration) di PG Ngadirejo/Kediri (10MW), PG Pesantren Baru/Kediri, PG Kremboong / Sidoarjo (10MW), PG Gempolkerep/Mojokerto (20MW), dan Tjoekir, Jombang (10MW). Produk samping berupa Bioetanol (tetes & ampas tebu) dan listrik (dari ampas tebu) menurunkan biaya operasi pabrik gula sekaligus menaikkan laba perusahaan, sehingga tidak dipengaruhi lagi oleh naik/turunnya harga gula.

          Bit (Tropical Sugar Beet / TSB) (Beta Vulgaris L.)

          Produksi gula dunia >25% berasal dari TSB. Deptan mengembangkan TSB sebagai pengganti gula (dan bioetanol) guna meningkatkan Swasembada Gula Nasional. TSB masih mampu tumbuh di daerah panas (temperatur tinggi) dan sedikit hujan seperti di NTB & NTT. TSB juga dapat tumbuh di tanah bergaram tinggi, masam, berpasir atau basah seperti di kawasan dekat laut atau di tanah bertemperatur rendah (pegunungan). Uji-coba TSB di Indonesia dilakukan di Pasuruan, Malang, dan DIY. TSB telah dikembangkan di India, China, Brazil, Australia, Meksiko, Kolumbia, dan AS.
          Th 2014, Indonesia memproduksi gula sekitar 2,1juta ton, sedangkan kebutuhan domestik sekitar 5,7juta ton, sehingga Indonesia menjadi pengimpor gula terbesar di dunia. Tahun 2015 diharapkan Indonesia dapat berswa-sembada gula. Oleh karena itu, 1) pabrik gula baru dengan efisiensi tinggi perlu dibangun (10 pabrik gula baru @ 300ribu ton/th, dan 4 Kementerian: Pertanian, Kehutanan, Perindustrian, dan Perdagangan perlu bersinergi), dan 2) 40 dari 62 pabrik gula tua/uzur (64%) yang berusia di atas 100 tahun perlu direvitalisasi. Dua pabrik Gula baru telah berdiri, di Dompu, NTB oleh PT SMS, dan di Lamongan, Jatim oleh PT Kebun Tebu Mas dengan total investasi Rp.11triliun. Dari sisi bahan baku selain tebu, pabrik gula juga sebaiknya memanfaatkan sorgum dan TSB guna mendiversifikasi bahan baku gula, agar operasi pabrik selama setahun dapat terpenuhi. Bila hanya menunggu masa panen tebu, pabrik gula hanya beroperasi 3 bulan. 
          Panen TSB 2 kali setahun (umur panen 5-6 bulan) yang mampu memproduksi gula 80-130 ton/Ha (kadar gula 15-16,5%) dengan proses pengolahan menjadi gula relatif sama dengan tebu. PT GBN (Gula Bit Nusantara) melakukan kerjasama dengan P3GI (Puslit Perkebunan Gula Indonesia), PT Perkebunan Nusantara X dan VIII terlibat dalam hal varietas unggul, kesesuaian lahan, dan tanam langsung di lapangan. PT GBN juga meneken MoU dengan perusahaan Belanda SESVanderHave yang menawarkan bibit TSB sesuai lokasi di dunia. Produksi Bioetanol TSB (liter/Ha/tahun) sekitar 1.200-1.500. Air yang diperlukan (mm/Ha/tahun): TSB 600-700 (lebih sedikit), sedangkan tebu 1.200-1.400 (lebih banyak).

          Aren  (Arenga Pinnata)
          Satu pohon menghasilkan nira 15-20 liter/hari, diproses menjadi satu liter bioetanol 99,5 %, atau sekitar 36.000-40.000 liter bioetanol/Ha/tahun (pohon aren produktif disadap selama 6-8 tahun, baru dapat disadap setelah berumur 5 tahun). Produksi bioetanol dari aren itu tertinggi dibandingkan jagung (4.000), singkong (2.000), biji sorgum (4.000), jerami padi, dan ubi jalar (7.800). 
          Sekitar 60% pohon aren dunia ada di Indonesia (Sulawesi, Maluku, Sumatera, Papua, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bengkulu, Nangroe Aceh Darussalam, dan daerah lainnya) dengan perkiraan total luas di 14 propinsi 70.000 Ha. Di Sulut saja ada 2942 Ha (th 2004), terdapat 300-400 pohon per Ha. Pacitan menyiapkan areal kebun aren hingga 10.000 Ha guna mengakomodasi 4 juta pohon aren di daerah aliran sungai (DAS) Girindulu, sekitar kec. Bandar, Hawangan, Tegalombo, Arjosari, dan Tulakan. Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), KalSel juga sedang menyiapkan kebun aren seluas 668 Ha.
          • Pabrik yang diketahui memproduksi bioetanol dari aren adalah Kreatif Energi Indonesia dan PT BLUE Indonesia. Investor yang tertarik: PT Halmahera Engineering. PT Molindo Raya Industrial, Sugar Crop Company (SGC), PT Tirtamas Majutama. Investor Canada, Amerika, dan Brazil juga berminat untuk mendanai sekaligus membeli bioetanol aren Indonesia. Dana sekitar US$ 17 juta diperlukan untuk membangun pabrik bioetanol dengan kapasitas 500 ton/hari.

          Nipah (Nypa Fruticans)

          Salah satu komoditas penghasil bioenergi non-pangan adalah tanaman nipah yang cukup melimpah di Kalbar, dan dapat dijadikan bahan baku pembuatan bioetanol. Kelapa Nipah tumbuh subur di daerah pasang surut (hutan mangrove/bakau), rawa-rawa, di pesisir pantai atau muara sungai berair payau. Struktur buah mirip buah kelapa yang dalam satu tandan dapat mencapai 30-50 butir. Bila buah masak akan gugur ke air, bergerak mengikuti arus air dan tersangkut di tempat tumbuhnya, dan tumbuh menjadi kecambah dan pohon baru.
          Penyadapan nira nipah
          Di Indonesia, luas daerah tanaman nipah sekitar 10% dari 7 juta Ha daerah pasang-surut, yaitu 700.000 Ha yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Ribuan Ha nipah juga ditemukan di daerah pesisir Inhil, Semenanjung Kampar, Bengkalis, Dumai dan Rohil.

          Nipah adalah spesies utama penyusun hutan bakau dengan komposisi 30%. Panjang tangkai tandan bunga sekitar 100-170 cm yang dapat disadap untuk diambil niranya. kadar gula (sucrose) berkisar antara 15-17%, dan setiap tandan bunga menghasilkan 0,5 liter nira/hari selama 4-5 bulan, atau 75 liter per tahun. Bila jumlah pohon nipah efektif 3000 pohon per Ha, dan 40% saja yang menghasilkan tandan bunga, maka nira yang dihasilkan adalah 0,4 x 3000 x 75 liter/tahun atau 90.000 L/Ha/Tahun. Sementara nira yang dapat diubah menjadi etanol sekitar 7% (atau lebih), atau 90.000 x 0,07 sebesar 6300 liter/Ha/tahun atau sekitar 4,4 juta kL/tahun bioetanol, bahkan diberitakan mampu menghasilkan etanol nipah hingga 15.600-20.000 liter/Ha/th yang lebih tinggi 2-3 kali lipat dibandingkan tebu (5.000-8.000 liter/Ha/th), sementara jagung menghasilkan 4.000 liter/Ha/th. 
          • Bioetanol nipah diproduksi oleh Balitbang Kab. Bengkalis, Prov. Riau (Expo 2015) sebagai bahan bakar mobil (E85).
          • Tahun 2011 dibangun pabrik bioetanol skala pilot (400 L/hari) dari bahan baku nipah dengan dana dari Kementrian ESDM (via Dirjen EBT dan Konservasi Energi) di lokasi bekas pelabuhan Lantamal TNI AL Kuala Mempawah, Pontianak, dengan luas pabrik sekitar 520 m2. Tahap awal, Kementrian ESDM juga akan membantu 150 unit kompor bioetanol untuk dibagikan ke masyarakat.
          • Investor yang tertarik memproduksi bioetanol nipah adalah PT FFI (First Flower Indonesia). PT FFI dan tim teknis Univ. Lambung Mangkurat melakukan penelitian/kajian pemanfaatan nira nipah menjadi bioetanol pada th 2012 hingga membangun pabrik pada tahun 2017, sementara pemkab Tanah Laut (Tala), Kalsel, menyediakan lahan tanam nipah 8.000 Ha di 3 kecamatan, yaitu Bati-bati, Kurau, dan Bumi Makmur. PT FFI menargetkan 200 juta liter/th bioetanol nipah pada lahan 40.000 Ha di Kalsel dan Kaltim. PT FFI juga melirik kebun nipah di Sulsel. Lahan 8000 Ha juga disiapkan di Meranti, Riau untuk memproduksi gula, sirup, dan bioetanol.

          Rumput Laut (Makroalga, bioetanol / biofuel)

          Rumput laut banyak mengandung aneka protein dan selulosa, sehingga sangat mungkin untuk dibuat bioetanol. Spesies rumput laut terpilih adalah Caulerpa serrulata dan Gracilaria verrucosa, karena mengandung selulosa tinggi yang dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan difermentasi menjadi bioetanol. Kelebihan rumput laut: 1) Lahan budidaya di laut yang saat ini dimanfaatkan baru seluas 222.180 Ha, hanya 20% dari 1.110.900 Ha tersedia di perairan Indonesia; 2) Waktu budidaya hanya 1,5-2 bulan; 3) menyerap gas CO2 kira-kira 7 kali lebih besar dari kayu; 4) Lebih murah, dapat dipanen 6 kali setahun (100-125 ton/th/Ha). Kebun bibit disediakan di Lampung, DKI jakarta, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTT, NTB, Kalsel, Kaltim, Sulut, Sulsel, Sultera, Maluku, dan Papua. Norwegia memanfaatkan rumput laut Laminaria sebagai penghasil bioetanol.

          Eceng Gondok (EG) (Bioetanol) 

          Tumbuhan eceng gondok yang dianggap gulma air di danau / waduk difermentasi oleh B. Permadi (+ 4 temannya, Mandiri Energi) (Dusun Nyamplung, Ds. Sumo Kali, Kec. Candi, Sidoarjo, Jatim) menjadi bioetanol murni (disuling 4 kali) untuk sepeda motornya sebagai sarana transportasi. Satu liter bioetanol diperoleh dari 50 kg eceng gondok kering. Dengan satu liter bioetanol tsb dia dapat bergerak dan menempuh jarak 50 km. 
          Proses detil bioetanol dari EG adalah EG dipotong kecil, dikeringkan, dihaluskan, diayak, di-pretreatment (+ asam / pemanasan + asam / uap panas / air panas / biologis / organosolv), dihidrolisis (likuifikasi & Sakarifikasi / hidrothermal), / netralisasi), difermentasi (misalnya pichia stipitis) dan didistilasi
          Di sisi lain, EG dapat diubah menjadi biogas (proses lebih pendek), kerajinan tangan, dan pakan ternak (+ bekatul + ampas tahu + gilingan jagung, difermentasi basah 5 jam).

           
          Alga (Lumut) (Mikroalga, air tawar / payau, bioetanol)

          Populasi Prymnesium parvum
          Mikroalga dapat diambil minyaknya (menjadi biodiesel), kemudian diambil karbohidratnya (5-67,9%) untuk diubah menjadi bioetanol (38%). Mikroalga yang melulu berpotensi sebagai bahan baku etanol adalah Prymnesium parvum (gambar samping, populasinya membunuh ikan di sekitarnya), Chlorococum sp., Tetraselmis suecia, Anthrospira sp., dan Chlorella sp.
          • Dosen UGM (EA Suyono) memilih Tetraselmis sp sebagai sumber karbohidrat untuk dihidrolisis, kemudian difermentasi menggunakan saccharomyces cerevisiae menjadi bioetanol (0,36g etanol/g tetraselmis).
          • Alga Spyrogyra yang berkarbohidrat tinggi telah diteliti oleh mahasiswa ITS Surabaya untuk mendapatkan bioetanol. Satu liter bioetanol diperoleh dari 6 kg singkong, atau 5 kg jagung, dan hanya 0,67 kg dari alga spyrogyra.
          • LIPI mengembangkan alga Chlorella sp. di Pasir putih, Siak Hulu, Kampar untuk bioetanol dan biodiesel.

          Jerami Padi

          Produksi jerami Indonesia sangat besar. Bila 1 ton beras setara dengan 1 ton jerami, dan produksi beras tahun 2015 diperkirakan 43,94 juta ton maka produksi jerami per tahun sekitar 43,94 juta ton. Jerami mengandung hemiselulosa (24,5%), selulosa (34,2%), dan lignin (23,4%) sisanya abu (berbeda-beda tergantung jenis padi) yang dapat diubah menjadi bioetanol via Pretreatment atau delignifikasi, hidrolisis, fermentasi, dan distilasi. Proses pretreatment (fisik, mekanik, dan kemik seperti NaOH 5-15%, atau H2SO4 1%) dan hidrolisis diketahui beraneka macam guna mendapatkan bioetanol tertinggi. Bila 1 kg jerami menghasilkan 0,2 L bioetanol, maka produk bioetanol jerami kira-kira 8,79 juta kL/tahun. Hal ini sudah dapat mencukupi permintaan bioetanol E-10 (3 juta kL/tahun) di masa depan.

          Sagu (Metroxylon Sagu Rottb.)

          Saat ini Indonesia penyumbang 60% sagu dari populasi sagu dunia, yang diperkirakan mencapai 4-6 juta hektar (30% berada di Papua, sisanya di Sumatera, kalimantan, Sulawesi, dan Maluku), kemudian disusul oleh Papua Nugini 20%, Malaysia 20%, dan lain-lain 5%. Maluku memiliki lahan sagu seluas 31.000 Ha dan 3,1 juta pohon sagu dengan produksi 25 ton/Ha/tahun yang tersebar di 7 kabupaten dengan masa panen 10 tahun setelah ditanam. Populasi per hektar 100–150 pohon atau lebih, dan per pohonnya dapat menghasilkan 250–400 kg pati. Produk tepung sagu basah dari Maluku dikirim ke Cirebon. Sagu Meranti (dari Kepulauan Meranti, Riau, produsen sagu terbesar di Indonesia 440.309 ton dari areal 44.657 Ha, 2,98% luas tanaman sagu nasional, 2006) dinobatkan menjadi pusat pengembangan Sagu nasional. Tepung sagu Meranti dikirim ke Cirebon 400 ribu ton/bulan guna diolah menjadi penganan dari sagu, bahan kosmetik, kesehatan, dan lainnya. Pemanfaatan sagu lainnya adalah bahan plastik alami, sorbitol, sirup, dll.

          Karbohidrat sagu lebih banyak dibanding tanaman lainnya. Satu Ha lahan tapioka menghasilkan pati 5,5 ton/th, kentang 2,5 ton/th, jagung 5,5 ton/th, beras 6 ton/th, dan sagu 15-25 ton/th. Sagu sangat berpotensi sebagai bahan baku bioetanol dengan kadar karbohidrat 82-85%. Dari Satu ton sagu, dapat diperoleh 550 liter bioetanol melalui proses hidrolisis, fermentasi, destilasi, dan dehidrasi.
          • Limbah/ampas sagu dapat dibuat menjadi briket arang dengan teknik ampas sagu dikeringkan dan dibakar terbatas hingga jadi serbuk arang, dicampur dengan cairan tapioka sebagai perekat, dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Finlandia (via PT Sara Rasa Biomass) melirik limbah pengolahan tual sagu berupa kulit batang sagu (uyung) (petani sagu menjualnya Rp75.000/kg ke PT SRB, 2013) yang dapat dijadikan BB bioenergi pengganti minyak tanah atau dibuat pelet pencampur batubara untuk keperluan ekspor ke Eropa. Tim Finlandia berharap ekspor uyung 10.000 ton/bulan ke Eropa dapat terwujud.
          • Tiga perusahaan domestik PT National Timber (10 ribu Ha), PT Nusa Ethanolasia (50 ribu Ha), dan PT Austindo Nusantara Jaya (ANJ Agri) (50 ribu Ha di Kab. Sorong Selatan, Papua) membangun perkebunan sagu di Riau dan Papua Barat untuk memenuhi pasokan bahan baku pabrik bioetanol sagu. ANJ Agri berencana membangun pabrik pengolahan sagu dengan investasi US$20 juta di Sorong Selatan dengan kapasitas produksi 3.000 ton sagu/bulan.
          • PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) via anak perusahaannya PT Sampoerna Bio Fuels membeli saham 95% PT National Sago Prima (NSP) seharga US$12juta guna menggarap lahan sagu sekaligus menjadi raja sagu di Indonesia. Proyek pertama Sampoerna Agro adalah garapan lahan seluas 22.000 Ha di Selat Panjang, Riau yang telah ditanami sagu seluas 10.000 Ha. Lahan sagu kedua terletak di Papua seluas 51.000 Ha yang telah ditanami sagu secara alami. Lahan ketiga terletak di Sambas, Kalbar seluas 15.000 Ha. Sampoerna masih mengincar lahan seluas 6.000 Ha di Lingga, Riau. Pembangunan pabrik bioetanol dianggarkan US$8juta dengan bahan baku 100 ton sagu/hari dan dana replanting (tanam kembali) sekitar US$5juta. NSP akan membangun pabrik sagu di distrik Sentani, Kab. Jayapura, Papua.

          Pisang
          Bonggol pisang (Musa paradisiaca L) 

          Potensi bonggol pisang sebagai sumber bioetanol cukup besar. Bonggol pisang (BP) mengandung pati (76%), air (20%), sisanya protein dan vitamin. Pati dikonversi menjadi gula (glukosa) via enzimatis alpha-amilase pada proses liquifikasi dan amiloglukosidase pada proses sakarifikasi (Saccharomyces cereviciae, atau disebut baker's yeast). BP dapat berasal dari pisang kepok, raja, susu, ambon, batu, dll. Ada 230 varietas pisang. Akan tetapi, hanya pisang batu yang bonggolnya diolah untuk makanan seperti risoles, snack, abon, bakso bakar, keripik, steak, pudding, dan nugget BP, karena kandungan gizi dan serat yang tinggi. Di samping itu, airnya berguna sebagai obat disentri, pendarahan usus, obat kumur, menumbuhkan dan menghitamkan rambut. BP jenis lain mengandung banyak getah dan keras, sehingga mereka dibuang begitu saja. BP juga mengandung MOL (Mikro Organisme Lokal) yang mempercepat penghancuran bahan organik menjadi pupuk. BP yang dibuang dapat diubah menjadi bioetanol via hidrolisis, fermentasi, distilasi dan dehidrasi seperti pada sagu.
          Luas lahan panen pisang di Indonesia (2010) sekitar 4,2 juta Ha dengan produksi pisang 18juta ton/tahun (Jatim terbesar 5,2juta ton/th) yang tersebar di Jawa (Jabar/Sukabumi, Cianjur, Bogor, Jateng/Demak, DIY, Jatim/Tuban, Madura), Sumut, Sumsel, Sumbar, dan Lampung, Gorontalo, Sulut, Sulsel, NTT, Maluku, dll. Satu ton BP menghasilkan bioetanol murni sekitar 307 liter.

          Batang / pelepah pisang 

          Selanjutnya, pemanfaatan pati (glukosa) dalam batang pisang menarik perhatian, karena kadar ligninnya yang rendah (5%), sedangkan kadar selulosa 63%, dan hemiselulosa 20%, sehingga mempermudah proses hidrolisis selulosa menjadi gula.
          • LIPI: proses hidrolisis batang pisang menggunakan asam H2SO4 0,25-1,5M, temperatur 75-100 oC; Fermentasi pH 4,5-5,5, NPK 3%, urea 1,5%, dan mikroba 5%, hasil bioetanol 0,45%.
          • Glukosa dalam Batang / pelepah pisang diubah menjadi bioetanol (Semarang)  
          • Mahasiswa FP UB (Agung dkk) mengubah (glukosa 76%) dalam pelepah pisang menjadi bioetanol dalam satu alat (fragmentasi, fermentasi, dan distilasi) (bio mikse) sekaligus mendapatkan medali emas pada 4th CIGIF 2013 di Seoul, Korea Selatan.

          Gas CO2
          Pemanfaatan gas CO2 menjadi etanol menarik perhatian peneliti dari UGM (FMIPA + Teknik Kimia). Tujuannya adalah produk bioetanol saat ini hanya 250 jutaliter/tahun, Berarti ada defisit 1.200 juta liter/tahun untuk mendapatkan gasohol 3% (BB premium nasioanl 48juta kliter/tahun). Jumina dkk. + PT Madubaru Yogyakarta (via Rusnas UGM) mengkonversi gas CO2 menjadi etanol melalui 2 tahap, yaitu: 1) pereaksi Grignard (bantuan logam divalen) menjadi produk intermediate yang dilanjutkan dengan 2) reduksi produk intermediate menggunakan senyawa boran (hidrogenasi katalitik), dengan konversi 60-70%. Bila ditambah satu langkah lagi: grignard-esterifikasi-reduksi, maka konversi menjadi 65-75% (lebih tinggi).

          Di lain fihak, peneliti Stanford Univ. (California) M. Kanan & C. Li menemukan cara mendapatkan etanol dari gas CO2 via sel elektrokatalisis dengan teknik 1) mengubah CO2 menjadi CO, lalu 2) air yang dijenuhkan oleh gas CO dielektrokatalisis (listrik berasal dari surya/bayu) menggunakan anoda & katoda (terbuat dari kristal nano oksida tembaga yang menempel pada tembaga metalik) pada voltase rendah agar CO dalam larutan berubah menjadi etanol. Biasanya pada anoda, air berubah menjadi gas O2, dan di katoda, air berubah menjadi gas H2. Namun, tantangannya adalah bagaimana caranya katoda hanya mereduksi CO menjadi etanol, bukan mereduksi air menjadi gas H2.

          Batubara

          Konversi batubara menjadi etanol sintetik untuk BB kendaraan bermotor dilakukan oleh SIAP (PT Sekawan Intipratama Tbk) dengan menggandeng dan meneken MoU dengan Procone GmbH (Perusahaan Swiss berteknologi Jerman, sebagai kontraktor EPC). PT Indo Wana Bara berlokasi di Kab.Kutai, Kaltim, diakuisisi, sehingga SIAP mendapatkan batubara seluas 5.000 Ha yang terletak 3,5 km tepi S. Mahakam. Pabrik gasifikasi batubara menjadi etanol (awal: 260ribu ton/th) di atas lahan 60 Ha dekat S. Mahakam dibangun dengan investasi 180juta Euro yang diharapkan beroperasi th 2016.
          Celanese Corp. AS akan membangun pabrik etanol sintetik (1,1 juta ton/th) dari batubara (menggunakan teknologi TCX) dengan investasi USD2,5 miliar (Rp. 21,34 triliun) di Palembang, Sumsel (kerma dengan Pertamina) yang butuh lahan 150-200 Ha. Pabrik perlu 4-5 juta ton batubara per tahun. Biaya mengubah batubara menjadi etanol sintetik sekitar US$1,5/gallon. Celanese juga membangun pabrik tsb di Tiongkok, India, Australia, Kolumbia, dan Mesir.

          Pemanfaatan bioetanol berbagai konsentrasi


          Motor bioetanol MAK
          Bioetanol 80-85%: 
          • S. Budi Sunarto memanfaatkan bioetanol 80-85% untuk kendaraan bermotor 2 tak, 1) motor bebek 125 cc satu-satunya berBB bioetanol (bahkan 60-80%) buatan lokal (Kalasan, Yogya) dengan merk MAK (Mega Andalan Kalasan, varian Vipros X110CW, ~Rp.9,45juta, dan Vipros X125CW, ~Rp.9,9juta, produksi baru 20-40 unit/minggu, kapasitas 100 unit/minggu); 2) motor 4 tak; 3) genset (dengan tambahan alat pengabut), dan 4) becak
          • Guna memudahkan transportasi bioetanol sebagai BB, peneliti mengubah bentuk cair menjadi padat atau gel. Budi mencampur bioetanol 80% dengan asam stearat/lilin panas, kemudian didinginkan untuk mendapatkan etanol padat yang cocok digunakan sebagai pengganti BB minyak tanah. Peneliti lain juga memeriksa pembuatan bioetanol padat [1, 2, 3, si Kumis], atau mengubah bioetanol cair menjadi gel [1, 2, 3, 4, 5, 6].
          • Surya University, Serpong memanfaatkan bioetanol sorgum manis 80-85% untuk menyalakan genset (+ reaktor pengabut bioetanol, converter kit bioethanol, produk riset) sehingga menghasilkan listrik (5-10kW). Untuk mendapatkan listrik 5kW cukup menggunakan 4 liter bioetanol/jam (sudah dipasang di Keerom, Papua). 
          • Kompor bioetanol (98%, dari shorgum yang ditanam di kawasan Gn. Sentono) kapasitas 5 liter diserahkan kepada 100 warga dusun Gunungkelir, Ds. Pleret, Kec. Pleret, Kab. bantul oleh SDS Institute (kerma dengn Balitbang EBTKE, kementerian ESDM).
          Larutan etanol 30-80% dapat menghasilkan gas H2 via proses elektrolisis (dengan PEM) dan elektrolisis plasma. Peneliti lain menemukan bahwa elektrolisis metanol (V = 0,02 volt) dengan bantuan PEM hanya perlu energi listrik 1/3 dibandingkan dengan elektrolisis air (V=1,23 volt).

          Bioetanol 40%: Minto Supeno, Dosen USU, memanfaatkan bioetanol 40% yang dipanaskan untuk kendaraan bermotor dan mobil disertai penyesuaian karburator dan busi, dan pemanfaatan teknologi oksida logam, bentonit terpilar switching dan pasir switching. Usaha/penelitiannya untuk mengurangi kadar bioetanol sebagai BB sedang berlangsung hingga, bila perlu, mendapatkan bahan bakar air saja.


          Air + Bioetanol: Air dan bioetanol dijadikan BB sepeda motor hasil temuan/inovasi FMIPA Fisika USU Medan (TOP USU) dengan dana DIKTI & swadaya. Setelah litbang tersebut terhenti 2 tahun, kemudian Pertamina membantu dana litbang itu. Ada 3 sepeda motor telah berhasil diciptakan menggunakan aneka BB, yaitu berBB bioetanol 99 + air, berBB bioetanol 96 + air, dan berBB premium + air. 

          BIOBUTANOL

          Biofuel dari bahan pangan dikategorikan sebagai biofuel generasi pertama. Biofuel generasi kedua berasal dari bahan non pangan. Salah satu pilihan adalah biobutanol yang dapat diperoleh dari bahan non-pangan yang difermentasi (melalui proses A.B.E menggunakan bakteri clostridium acetobutylicum yang disebut pula organisme Weizmann) atau non fermentasi, meski biaya proses lebih mahal dari bioethanol. Di lain pihak, bakteri penyebab diare, Escherichia Coli, ditemukan mampu menghasilkan n-butanol lebih dari 10 kali lipat dibandingkan dengan proses biasa.
          Kandungan energi butanol menyamai premium termasuk sifat fisika dan kimia mirip bensin dengan angka oktan 96, sehingga menjadi pencampur bensin terbaik. Infrastruktur transportasi baru tidak diperlukan. Biobutanol tidak larut dalam air, tidak menyebabkan korosi, dan dapat dicampur dengan bensin beraneka variasi. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada rekomendasi penggunaan biobutanol 100% pada kendaraan bermotor, kecuali bioethanol 100% (dengan memasang alat tambahan/engine dimodifikasi yang disebut flexi-car) atau campuran bioethanol dan bensin di Brazil.
          Biomassa, bagas, jerami, sekam, dan sejenisnya yang amat melimpah di Indonesia dapat diubah menjadi biobutanol dengan hasil samping gas hidrogen, aceton, metanol, dll.
          • Pusat Penelitian Kelapa Sawit mengubah TKS (Tandan Kosong Sawit) menjadi 3 produk utama biobutanol, bioetanol, dan aseton melalui fermentasi mikroba, meski hasilnya masih sangat rendah.
          • Tiga mahasiswa Teknik Kimia ITB (A.R.D. Hartanti, D.J. Roria S, L.W. Dianningrum) merancang pabrik biobutanol dari (tepung) ubi kayu (Juni 2011) dengan kapasitas 18.102,44 kL/tahun melalui proses likuefaksi, sakarifikasi, sterilisasi, fermentasi (acidogenesis, dan solventogenesis), distilasi untuk mendapatkan biobutanol 99,5%. satu liter biobutanol Rp.14.800,- dapat diproduksi dari 5,8 kg tepung ubi kayu seharga Rp.2.500,-. Enzim yang diperlukan: glukoamilase (US$9,95/lb), alpha-amilase (US$14,99/lb), bakteri clostridium acetobutylicum (US$205), dan clostridium tyrobutyricum (US$255). Produk samping berupa aseton (US$400/ton), gas CO2 (US$0,0076/L), dan H2 (US$0,16/L).
          • Tiga mahasiswa Teknik Kimia ITB lainnya (E. Bratadjaja, M.E. Prasetya, dan Richard) mengolah dan merancang pabrik pengolahan tongkol jagung menjadi biobutanol, PT Tiga Perkasa. Karya mereka menjadi finalis Lomba Rancang Pabrik Tingkat Nasional (LRPTN) XII kategori Energi di kampus ITB tahun 2011. Pabrik rancangan mereka membutuhkan 1,2 juta ton tongkol jagung/tahun, sedangkan produksi nasional sekitar 12,5 juta ton tongkol jagung/tahun. Mereka menggunakan teknologi thermochemical, yaitu proses gasifikasi tongkol jagung menjadi syngas, kemudian dikonversikan menjadi alkohol melalui reaksi Fischer-Tropsch. Tongkol jagung dikeringkan (kadar air 5%), dipotong-potong (cone crusher), diolah menjadi syngas (gasifier) yang dibersihkan dari pasir olivine dan char (via cyclone), tar diubah menjadi syngas (tar reformer, reaktor berkatalis), water scrubber, dan MEA absorber menyingkirkan gas CO dan Hidrogen. Syngas yang sudah bersih diumpankan ke reaktor sintesis alkohol (fixed bed reactor dengan katalis Cu+Mn+Ni/ZrO2). Produk berupa campuran alkohol cair (+sisa syngas dan alkana lain) yang dipisahkan dalam flash drum, kemudian cairan dalam flash drum didistilasi menggunakan dua kolom. Kolom I menghasilkan metanol (96,85 %, 32,28 ton/jam) dan butanol dengan kemurnian tinggi (99,99 % mol, sekitar 16,5 ton/jam), kolom II menghasilkan campuran etanol (48,66 %mol) , propanol (24,55 %mol), dan air (20,5 %mol, 7,55 ton/jam). Nilai ekonomi: Tongkol Jagung: Rp.800,-/kg, metanol Rp2.000,-/kg, biobutanol Rp.8,800,-/kg. Limbah padat berupa pasir olivine, partikulat, dan char digunakan sebagai landfill; abu sisa pembakaran diubah menjadi batako; katalis jenuh diregenerasi. Limbah cair berupa senyawa organik dan sulfur diolah di WWT, sedangkan gas CO2 menuju sistem flare dibuang. Limbah gas lainnya berupa NH3, H2S dikirim ke sistem scrubber dan absorber. Total investasi diduga Rp800 miliar dengan kapasitas produksi 120 ribu ton/tahun (300 hari/tahun), dengan ROI 19,2%; RR 28,23%,; Payback Period 3,5 tahun; dan BEP 12%. Lokasi yang disarankan adalah di Bojonegoro, Jawa Timur yang diharapkan dekat dengan bahan baku dan utilitas.


          SURYA (PLTS)


          Potensi PLTS Indonesia sangat besar, di atas 1 TW (>1000 GW). Indonesia adalah negara dengan serapan tenaga surya terbesar di ASEAN, karena matahari disajikan setiap hari sepanjang tahun. Intensitas radiasi rata-rata 4,8 kWh/m2/hari yang setara dengan 112.000 GWp (10kali potensi Jerman/Eropa). NTB dan Papua tertinggi 5,7 kWh/m2/hari dan Bogor terendah 2,56 kWh/m2/hari. Kapasitas terpasang: 94 MW (Juli 2018), dan target Kemen ESDM hingga 2020 sekitar 5 GW. sementara, target dalam Roadmap PLTS (2025) lebih rendah, yaitu 870 MW atau 50 MWp/tahun.
          Bandingkanlah pengembangan PLTS Indonesia dengan PLTS India (750MW, terbesar di dunia) di distrik Rewa yang menempati area sekitar 1500Ha (1MW PLTS perlu lahan 1-2 Ha).

          PLTS di atap bangunan (rooftop) (PLTSA = Surya Atap) seperti kantor Pemda Istana Presiden, Istana Bogor, Gedung DPR, kantor Kemenko Bid Perekonomian, gedung real estate, dll. sedang dikaji. Seluruh atap sekolah di DKI mulai dipasangi PLTSA (via Ingub No.66 th 2019 tentang pengendalian udara). Contoh PLTSA yang sudah dibangun adalah: PLTSA Sampoerna (April 2017) di Surabaya dengan kapasitas 63kWp yang menghasilkan listrik 93MWh/tahun untuk perkantoran dan fasilitas produksi; PLTSA 400Wp dipasang di lantai 3 SMAK St Louis 1, Surabaya. Di masa depan, setiap rumah tangga akan diwajibkan menggunakan PLTSA. Peraturan PLTSAtap dikeluarkan Nov 2018 (Permen ESDM No. 49 th 2018), dan Ditjen EBTKE memfasilitasi gerakan nasional sejuta surya atap dengan target 1 GW pada tahun 2020. Sayangnya hal ini kurang menarik bagi investor, karena ekspor listrik yang tercatat dalam meter listrik dari pelanggan ke PLN hanya dikalikan fromula 65%, bukan 100%, dengan alasan pelanggan perlu membayar alat ukur ekspor-impor listrik dan jalur transmissi. Permen itu diminta oleh investor untuk ditinjau-ulang.

          Sementara, pembelian Tenaga listrik dari PLTS Fotovotaik oleh PT PLN (Persero) dapat dilihat dalam Permen ESDM no.19/2016 yang tidak sama di berbagai pulau di Indonesia (sen USD/kWh) (Jawa (150MWp): 14,5); Bali: 16 hingga Papua & Papua Barat: 25. Permen ESDM itu diperbarui oleh Permen ESDM No. 12 tahun 2017 (No. 19/2016 masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan) yang menjelaskan bahwa pembelian listrik dari PLN berdasarkan kepada Kuota kapasitas dari PLN dengan minimum total paket 15 MW, dan 85% dari BPP (Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan) setempat (bila BPP setempat > BPP Nasional; atau sama dengan BPP setempat, bila BPP setempat = atau < BPP Nasional). Untuk PLTS di Maluku, BPP mencapai Rp. 2.900kWh. Maka, pengembang PLTS dapat menjual listrik  ke PLN sekitar Rp.2465/kWh. Namun, untuk daerah lain yang lebih efisien, BPP hanya Rp.1800/kWh, dan pengembang hanya memperoleh sekitar Rp.1530/kWh.  

          Bagi daerah yang memiliki BPP sangat rendah, misalnya Jawa yang hanya sekitar Rp900/kWh, berapa pengembang harus menjual listrik ke PLN? Pasal 5 ayat 4 mengatur bahwa PLTS di lokasi yang memiliki rata-rata BPP lebih rendah dari BPP nasional, tarif maksimalnya sama dengan BPP nasional. Sebagai gambaran, saat ini BPP nasional sekitar Rp 1.400/kWh, maka harga listrik PLTS di Jawa bisa mencapai angka itu. Artinya, tarif listrik PLTS paling rendah dengan BPP saat ini adalah Rp 1.400/kWh. Namun, Permen ini hanya mengatur harga pembelian 'paling tinggi', jadi PLN masih punya ruang untuk bernegosiasi dengan pengembang (B to B).

          Teknologi PLTS Indonesia harus lebih efektif dan efisien (dengan tambahan rangkaian elektronik tertentu) sehingga listrik yang diproduksi dapat lebih murah ( misalnya 6-7 senUSD/kWh). Akan tetapi, Permen No.12/2017 itu menyebabkan pengembang mulai enggan berkecimpung di PLT EBT, sehingga mereka meminta Permen tsb ditinjau-ulang.

          PLTS Floating Cell (PLTS Terapung) sedang diupayakan di AL Surabaya, sekaligus studi kelayakan sedang dikaji untuk menetapkan PLTS di seluruh waduk di Indonesia, tidak perlu melakukan pembebasan lahan.

          Sebagai negara maritim, penerapan listrik dari PLTS ditujukan untuk mengubah nasib para nelayan
          1) Kapal motor tenaga surya untuk nelayan (mengurangi ketergantungan thdp BBM)
          2) lampu penangkap ikan tenaga surya (ikan berdatangan ke arah cahaya dari PLTS); dan 
          3) lemari pendingin tenaga surya (hasil tangkapan diupayakan tetap segar)

          Riset:
            • PLTS Cirata 1,3MW (menggunakan teknologi Thin-film CIS, buatan Jepang, dana Rp.26miliar) dibangun oleh anak perusahaan PT PLN (PT PJB) di dekat PLTA Cirata (di atas lahan 1,5 Ha, di Ds. Cadas Sari, Kec. Tegal Waru, Kab. Purwakarta, Jabar) dan telah diresmikan Oktober 2015. Di samping untuk melistriki 3 Kecamatan di Purwakarta, PLTS tsb dijadikan pula sebagai sarana riset (Twinlet & inverter sentral) untuk operator PLTS di seluruh Indonesia.
            • Sel surya Gen. III berupa bahan dasar zat organik dan serbuk nano titanium oksida (TiO2) masih terus dikembangkan agar mendapatkan harga sel murah dan efisiensi serapan matahari yang tinggi.
            • Mahasiswa Teknik Fisika ITB menggunakan ekstrak ketan hitam sebagai sel surya organik pengganti silikon sintetik yang mampu menghasilkan arus listrik sekitar 1,9 mA. Penelitian tentang dye-sensitezed solar cell (DSSC) masih terus dilanjutkan (mis. ekstrak buah naga merah). 
            • Tim Sapu Angin Surya Indonesia ikut berlaga dalam lomba mobil surya sepanjang 3000 km (Darwin-Adelaide) di Australia.
            Bebrapa contoh PLTS yang telah beroperasi:
            • PLTS Jakabaring 2MW (5.248 modul surya polikristalin, 8 unit inverter kapasitas 250kW, 4 unit transformator, jalur transmisi grid 3500m, dengan daya 1.897MWh/th) (di kompleks olahraga Kawasan Jakabaring), di lahan 2,5Ha Palembang, dioperasikan oleh PDPDE Sumsel (April 2018) guna menunjang pesta olahraga Asian Games ke 18 Agustus 2018. PLTS itu hasil kerma Pemerintah Jepang (subsidi, EPC dari Sharp, USD56jt) dan Indonesia (Swasta USD83jt).
            • PLTS Semau 450 kW, di pulau Semau, NTT, 45 menit perjalanan laut daru Kupang.
            • PLTS Karangasem 1 MW (on grid), Bali (1,2 Ha menghasilkan 1 MW).
            • PLTS di Sumba (Asia Calling TV Porgram).
            • PLTS Pulaupisang 20 MWh (untuk 263 rumah + 40 fasilitas umum, APBNP Rp.5,5 miliar, bantuan KKP), kec. Pesisir Utara, Lampung Barat, diresmikan Maret 2012. Biaya Op & Rawat sekitar Rp.30-50 ribu per rumah. Warga dilatih agar dapat mengoperasikannya. 
            • Dinas Pertambangan dan Energi Sumut telah menyelesaikan 250 PLTS, di antaranya 85 unit di Desa Satahi Nuli, Kec. Kolang, Kab. Tapanuli Tengah, 85 unit di Desa Parausorat Sitabotabo, Kec. Saipar Dolok Hole, Kab. Tapanuli Selatan, dan 80 unit di Desa Napa Gadung Laut, Kec. Padang Bolak, Kab. Padang Lawas Utara. Pembangunan itu menelan biaya sekitar Rp.1,8 miliar.
            •  PT PLN mengoperasikan PLTS 600 kW (terbesar) di Morotai, Maluku Utara.
            •  PLTS 200 kWp di Gili, P. Trawangan, 80 kWp di Tual, P. Dullah Laut, dan 6 PLTS di 6 desa di Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara atas biaya PT Antam Tbk Rp.1,4 miliar yang berkapasitas masing-masing 0,5 kW juga sukses dibangun.
            • Tahun 2015, Pemda Banten membangun 300 PLTS gratis di lokasi terpencil yang tidak terjangkau PLN di Kab. Pandeglang (100 unit) dan Lebak (200 unit). Satu unit PLTS (berupa 1 modul surya, 1 inverter/ballast, 1 BCU (Battery Control Unit), 1 Baterai) menghasilkan daya 50 Wp, seharga Rp.3juta.
            • Kemen ESDM membangun 1 unit PLTS (25 kW) di desa Wargasara, kec. Tirtayasa, Kab.Serang, Banten untuk 320 KK (2013). Unit ini menambah 2 PLTS (15 kW) yg sudah ada di desa Pulo Panjang, kec. Pulo Ampel. 
             Contoh PLTS yang dibangun dan akan dibangun:
            PLTS di Bandara Internasional
            PT Angkasa Pura I bekerjasama dengan Sintesa Group & SunEdison membangun PLTS di 4 bandara Internasional (akhir 2014) (Ngurah Rai / Bali 15MW, Djuanda / Surabaya, Sepinggan / Balikpapan, dan Hasanuddin / Makassar) dengan biaya US$45juta untuk daya total 50 MW. Pembangunan PLTS rampung akhir tahun 2015. Bandara lainnya Tambaloka, Maumere, Labuan Bajo menyusul.

            PLN membidik pulau-pulau kecil di KIT guna membangun PLTS 22 MW pada 100 pulau terpencil dengan pola sistem listrik kepulauan. dengan dukungan pendanaan dari Bank Dunia, PLN juga membangun 5 PLTS di KIT, yaitu di Derawan, Raja Ampat, Wakatobi, Banda, dan Trawangan. 

            Sumatera
              NAD
              • Rencana PLTS (IPP, MW): Surya Sumatra  (Kuota) Tersebar (3,7/2021; 48/2022); Sinabang (Kuota) Tersebar (IPP, 2/2027); Sabang (Storage System) (PLN, 2/2028).
              • Potensi PLTS (MW): Simeulue (2).
              Sumut
              • PERTAMINA dan PTPN III (Pengelola) membangun PLTS 5MW di KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Sei Mangkei, Simalungun, Sumut.
              • Rencana PLTS (MW): Surya Sumatera (kuota) Tersebar (3,7/2021, 48/2022).
              • Potensi PLTS (MW): Nias (6); Tersebar (2).
               Riau
              • Rencana PLTS (IPP, MW): Surya Sumatera (kuota) Tersebar (3,7/2021, 48/2022);
              • PLTS Apung 5,4 MW di danau Pekanbaru 5Ha, Kel. Lembah Sari, Kec. Rumbai Pesisir, di kota Pekanbaru Riau diperebutkan oleh 2 investor PMDN, PT Ikhwan ET dan PT Kharisma Ambhara Sakti.
               Kep Riau
              • PT LEN Industri (BUMN) meneken MoU dengan Sunseap Enterprises Pte Ltd. membentuk perusahaan PT LEN Sunseap Energy (Singapura) guna memasang PLTS 50MWp di Area Industri Batamindo, Batam, Prov. Kep. Riau yang dimulai akhir 2015 dengan investasi US$5juta.
              • Rencana PLTS (IPP, MW): Surya Kepri (kuota) Tersebar (1,75/2021).
              • Potensi PLTS (MW); Komunal Tersebar (0,024); Kepri Tersebar (1,8).
              Bangka Belitung
              • Rencana PLTS (IPP, MW): Surya Babel (kuota) Tersebar (0,3/2021). PLN berencana membangun PLTS 170 kWp di Kep Bangka-Belitung (siang hari, dan diesel pada malam hari). BPP sekitar Rp.4000-5000/kWh.
              • Potensi PLTS (MW): Babel tersebar (0,3).
               Sumbar 
              • Rencana PLTS (IPP, MW): Surya Sumatera (kuota) Tersebar (3,7/2021, 48/2022).
              • Potensi PLTS (MW): Komunal Tersebar (0,2); Sumbar Tersebar (0,5); 
              Jambi
              • Rencana PLTS (IPP, MW): Surya Sumatera (kuota) Tersebar (3,7/2021, 48/2022).
               Sumsel
              • Rencana PLTS (IPP, MW): Surya Sumatera (kuota) Tersebar (3,7/2021, 48/2022);
              Bengkulu
              • Rencana PLTS (IPP, MW): Surya Sumatera (kuota) Tersebar (3,7/2021, 48/2022).
              Lampung
              • Rencana PLTS (IPP, MW): Surya Sumatera (kuota) Tersebar (3,7/2021, 48/2022).
              • Potensi PLTS (MW): Lampung Tersebar (12); Bakahuni (100); Pulau Legundi (5); Sebesi (5).
              Jawa-Bali

              Banten
              • Rencana PLTS/B (MW): Tersebar (Unallocated, 110/2022, 110/2023, 100/2025).
              Jabar
              • Potensi PLTS (MW): Floating PV Saguling (2x60); Bekasi (200); Cirebon (85); Cirata (145); Bogor (1); Cianjur (4); Jatiluhur (100); Jatigede (100); Indramayu (10); Subang /Indramayu (150), Saguling (100). 
              •  Masdar (anak perusahaan Investasi Global,Mubadala Investment Co. Abu Dhabi yg bergerak dalam proyek infrastruktur seperti energi, perhubungan, TOD kereta cepat) meneken MoU (di Abu Dhabi, Timur tengah) dengan PT PJB (anak perusahaan PLN) untuk kemitraan proyek ET di Indonesia, guna memenuhi target 23% ET th 2025 dan 31% th 2050. Masdar melakukan FS untuk membangun PLTST (Terapung) di 10% area waduk Cirata, Jabar. (Biaya pembebasan lahan tidak diperlukan, sehingga Capex bisa diturunkan). Harga listrik PLTST tsb yang akan dibeli PLN masih dinegosiasi. BPP PLN di Jabar sekitar 6,52 sen$/kWh (Menpen ESDM No.12/2017). Di sisi lain UEA minta jaminan pemerintah agar tidak menasionalisasi perusahaannya. Dugaan nilai proyek sekitar USD 300juta dengan kapasitas 200MW, lalu direvisi, turun menjadi 145MW (USD112,5jt) (saham PT PJB 51%, dan Masdar 40%). PPA diteken sekitar Novmber 2017 dengan harga sekitar 6-7 sen$/kWh. Konstruksi akan selesai 2 tahun, COD th 2021 (mundur 2 th).
              • Pembangunan pabrik Sel Surya baru di area LEN Technopark, Rp.2T, 10Ha (kompleks PT Dahana) Subang Jabar sedang dijajagi dengan pemerintahan baru (2015) guna membangun Industri ICT, Industri Signaling Kereta Api, dan Industri Defence Electronics (rudal Starstreak) sekaligus mengantisipasi permintaan ET (termasuk PLTS) 5.600MW. Hal itu untuk melengkapi pembangunan pabrik PLTS terdahulu (2011) yang dioperasikan oleh PT LEN Industri (Persero, BUMN) dengan kapasitas produksi pabrik fotovoltaik 90 MW/tahun menggunakan teknologi Thin film yang menelan investasi US$ 125 juta. Pabrik yang berlokasi di Karawang Barat, Kab. Karawang, Jabar, dibangun di lahan bekas pabrik tekstil ISN seluas 28 Ha.
              • Sel Surya generasi II (thin film, lapis tipis) buatan DN (Nano-PV) dengan kapasitas 90 MW/tahun di Cikarang, Jabar (rancangan WW.Wenas, ITB + investor DN/Bakrie Power + investor LN/AS, kantor Pusat di New Jersey AS) dipesan LN (10MW, Spanyol, 2009). Harga komersialnya termurah di dunia (0,8-0,9 USD/W).
              Jateng 
              • Pemprov Jateng menargetkan pembangunan 213 PLTS di Wonogiri, Sragen, dan Boyolali.
              • Rencana PLTS/B (Hybrid) (MW): Kuota Tersebar (Unallocated, 110/2022, 50/2025).
              • Potensi: PLTS/B (hybrid) (MW): Tegal (220); PLTS Waduk Gajahmungkur (100); Kedung Ombo (100); Pemalang (40).
              Jatim
              • Rencana PLTS/B (Hybrid) (Unallocated, MW): Kuota Tersebar (50/2021, 50/2022, 50/2024, 100/2025).
              • Potensi PLTS/B(Hybrid) (MW): Tuban (140); PLTS: Pasuruan (40); Waduk Karangkates (100); P (Pulau) Brakas (0,3); P. Buddi (0,2); P. Cangkraman (0,1); P. Poteran (0,4); P. Tembayangan (0,1); P. Saubi (0,2); P. Sabuntan (0,1); P. Gua-gua (0,2); P. Sukajeruk (0,1); P. Sakala (0,1); P. Tonduk (0,2); P. Pagerungan Kecil (0,1); P. Paleyat (0,1).
              • Perekayasa ITS Surabaya meluncurkan kapal tenaga surya JALAPATIH. Energi surya disimpan dalam 114 baterai ion Litium, yang menghasilkan daya 2 kW, dan melaju 10 knot dengan jelajah 220 km. Teknologi tsb diperlukan untuk melistriki kapal nelayan di Jatim. Di lain pihak, ada upaya uji-coba kapal nelayan tenaga surya yang dirakit oleh PPPTKP, Balitbang KP, KKP.
              Bali
              • Rencana PLTS (IPP, MW): Kuota Tersebar (50/2020); PLTS/B (Unallocated, MW): Kuota Tersebar (50/2025)
              • Potens PLTS (MW): Bali Barat (50; Bali Timur (50); PLTS/B (Hybrid) Nusa Penida (15). 
              • Proyek PLTS 1 MW di Bangli, Bali sedang diupayakan oleh Pemda Bangli. PLTS apung di Situ Mutiara (13km dari Bandara Ngurah Rai, Denpasar) akan dibangun bersamaan dengan PLTS di atap bandara Ngurah Rai
              • Samsung C&T Co. Korsel meneken MoU (2011) dengan pemerintah Indonesia (melibatkan PLN dan perusahaan lokal) untuk mengembangkan PLTS berdaya sekitar 50 MW di Madura/Bali. Rencana: PLTS Bali Tersebar: 50MW, 2019.
              NTB
              • Konstruksi PLTS (IPP, MW): Pringgabaya (5/2019); Sambelia (5/2019); Selong (5/2019); Sengkol (5/2019).
              • Rencana PLTS (Unallocated, MW): Kuota Tersebar (5/2021).
              • Potensi PLTS (MW): Sumbawa (10).
              NTT
              • Rencana PLTS (PLN, MW):  Komunal Tersebar (Isolated) (2,92019); REEP 1 Tersebar (7,5/2022).
              • Potensi PLTS (MW): Sumba Barat (10); Sumba Timur (10,1); Pulau Pantar (5); Sumba (5); Larantuka/Flores (4).
              • PLTS sebanyak 840 unit ditempatkan pada 16 lokasi translok di Kab. Sikka, Ngada (Flores), dan Kab. TTS (Timor Tengah Selatan) di Pulau Timor.
              • PLN (NTT) meneken PPA dengan LEN (pemenang tender) untuk membeli listrik (Permen ESDM no.17/2013) dari PLTS Oelpuah 5 MW di kec. Kupang Tengah, Kab.Kupang (NTT) dengan biaya Rp120miliar. Listrik melewati jaringan transmisi 20kV. Presiden Jokowi telah meresmikan IPP PLTS tsb. (27 Des 2015) (terbesar di Indonesia). Harga masih tinggi: 22sen US$/kWh.
              • Pemerintah Jepang membantu warga desa Labuan Sangor, Maronge, Sumbawa, NTT dengan memberikan 2 alat penjernih air tenaga surya (buatan Torey International) sebagai sumbangan dari PT Bio Greenland (BGL), investor tanaman jarak rambutan asal Jepang.
              Kalimantan
              Kalbar
              • Potensi PLTS (MW): Barakak (0,024); Terati (0,04); Doroy (0,022); Ketori (0,048).
              Kalteng
              • Rencana PLTS (PLN, MW): Lisdes, Kalteng (0,5/2019).
              Kaltim
              • Rencana PLTS (IPP, MW): Mahakam (Kuota) Tersebar (0,7/2024).
              • Potensi PLTS (MW): Kaltim (0,7).
              Kaltara
              • Rencana PLTS (IPP, MW): Tarakan (kuota) Tersebar (3/2024).
              • Potensi PLTS (MW): Tarakan (3).
              Sulawesi
              Sulut
              • Konstruksi PLTS (IPP, MW): Likupang (15/2019).
              • Potensi PLTS (MW): Off Grid Kawasan Perbatasan (39).
              Gorontalo: PPA PLTS (IPP, MW): Isimu, Gorontalo (10/2019)
              Sulsel: Potensi: PLTS Bulue (EPC, 0,05MW); Sapuka (EPC, 0,05MW).
              Sulteng:  Rencana PLTS (PLN, MW): Lisdes (3,72/2019).
              Sulsel: Potensi PLTS (MW): Bulue (50); Sapuka (50).

              Sulbar 
              • PLTS (PLTS-1 Karampuang 201,6 kWp, PLTS-2 Karaeang 115,2kWp) buatan AS di Mamuju (P. Karampuang) biaya Rp.3Miliar.
               Maluku
              • Rencana PLTS (PLN, MW): Lisdes (0,38/2020; 3,62/2021).
              • Potensi PLTS (MW): Siatele (0,1); Apara (0,073).
              Maluku Utara
              • Rencana PLTS (PLN, MW): Lisdes (0,925/2021, 0,25/2023).
              • Potensi PLTS (MW): Kosa (0,1) Kepulauan Tidore.
              Papua
              • Rencana PLTS (PLN, MW):  Lisdes (2,545/2019).
              • Potensi PLTS (MW): Usku (0,138) Keerom; Bompai (0,024) Keerom.
              • PLTS Oksibil, tertinggi di dunia (3000m di atas muka laut) (300 kWp, 1280 panel surya, Rp.14-18miliar) dari China (inverter & sel surya) dan Selandia Baru (interface) diuji-coba di pegunungan Bintang, Papua.
              Papua Barat
              • Rencana PLTS (PLN, MW): Lisdes (2,92/2019).
              • Potensi PLTS (MW): Dombok (0,075).
                Perusahaan PLTS buatan DN
                Perusahaan kontraktor PLTS Dalam Negeri, CV Dua Saudara (Pasuruan, Jatim, solarpowerku@gmail.com), menawarkan PLTS kecil hingga besar (dari 300 Watt hingga 100 MW), Pure sine wave real output, AC DC on grid atau off grid, nyala 24 jam nonstop.


                ANGIN / BAYU (PLTB)
                  Potensi energi: 113,5 GW. Kapasitas terpasang: ~ 6,5 MW (0,006%).

                  Sebagai perbandingan, konsumsi listrik dari PLTB negara lain: Denmark (41% / 2014), AS (24% / 2012); India (13%), Australia Selatan (43% / 2014).
                  •  Pantai Sukabumi bakal memproduksi 200 MW dengan TKDN masih 35%.
                  • PT Viron Energy yang menggandeng perusahaan Suzlon, India membangun PLTB Taman Jaya Ciemas di Sukabumi, Jawa Barat dengan kapasitas 5 x 2 MW yang beroperasi th 2013 dan menghabiskan dana US$14juta. Secara bertahap kapasitasnya akan dinaikkan hingga 100 MW selama 5 tahun ke depan. 
                  • PLTB digunakan pula di kapal nelayan di Pelabuhan Ratu, Jabar oleh SKEA (Sistem Konversi Energi Angin). Sementara purwarupa PLTB 100kW dipasang di Ds. Taman Jaya Pelabuhan Ratu, Kab. Sukabumi, Jabar, dengan bilah 12 m, berat mesin 8 ton, tower setinggi 35 m.
                  • Ditjen EBTKE meneken MoU dengan UPC Renewables Indonesia Ltd. (investor asal AS) guna melaksanakan Studi Kelayakan PLTB 50 MW di Pantai Samas, Kab. Bantul, Prov. DIY. UPC menggandeng PT Binatek Reka Energi untuk mengembangkan wind farm 50 MW itu di desa Patehan, Kec. Sanden, yang meliputi 33 turbin angin (1,5 MW/turbin, jarak antar kincir 80 m) via PPA (ditandatangani oleh Presiden Jokowi 4 Mei 2015) dan listriknya dijual ke PLN (Rp.1.450- per kWh). Investasi PLTB itu sekitar US$75-100juta dengan memanfaatkan teknologi terkini, kandungan lokal dan pekerja lokal. Listrik yang dihasilkan akan dimanfaatkan terutama untuk industri pasir besi dan bandara Kulon Progo. (Groundbreaking 2016, beroperasi 2018).
                  • PLTB, karya anak bangsa, 48 kincir kecil (micro wind turbine), 24 kW, (52 KK) beroperasi di  Tana Rara, Kec. Pandawai, dan PLTB 20 kincir angin 11 kW, tinggi 4 m, sudu 1,6m, KT500 (500Wp), di Kalihi Ds. Kamanggih, Kec.Kahunga Eti (25 KK) Sumba Timur (NTT) yang didesain oleh R. Elson (generatornya bermagnit hanya 200g yang diklaim terbaik di dunia). Dana berasal dari dana sosial BUMN (Pertamina). MCB 0,5 A, 4 lampu tiap rumah. Sementara, PLTB 0,5 MW dibangun oleh PT Sewatama di Hambapraing, Sumba Timur, NTT (2015), dengan target 4 MW. Laju angin ~5,9m/det.
                  • PT PLN (Persero) membangun PLTB 5x200 kW di Waingapu (sepanjang pantai) dan di Soe (di atas bukit) Timor Tengah, Flores, NTT dengan skema IPP. Beberapa PLTB sudah ada di P. Rote dengan daya 2x10 kW yang dilaksanakan oleh BPPT, dioperasikan oleh PLN.
                  • ESDM meneken MoU dengan 2 investor, PACE Energy dan Win Power dengan investasi US$657juta (via UNDP) untuk membangun PLTB Lebak 150MW di Kab. Lebak, Banten, dan PLTB Jeneponto 132,5MW di Prov. Sulsel, dan PLTB 21MW di Kab. Timor Tengah Selatan, NTT.
                  Bangka Belitung
                  • Rencana PLTB (IPP, MW): Bayu Belitung (kuota) Tersebar (5/2028).
                  • Potensi PLTB (MW): Belitug Timur (10).
                  Banten: Potensi PLTB (MW): Lebak (253); Pandeglang (200).
                  Jabar: Potensi PLTB (MW): Sukabumi (670); Cirebon (85); Garut (150).
                    Jateng: Potensi PLTB (MW): Tegal (65); Samas (50).
                    DIY: Potensi PLTB (MW): Parangtritis (50); Wates (70), Bantul.
                    Jatim
                    • Jembatan Suramadu bakal dilengkapi PLTB sepanjang 5,4 km bila laju angin mencapai 3 m/detik. Setiap lampu membutuhkan daya 500 Watt, 300 Watt dari PLTB, kekurangannya akan dipasok oleh PLTS.
                    Bali 
                    • Rencana PLTB/S (Unallocated, MW): Kuota Tersebar (50/2025);
                    • Potensi PLTB (MW): P. Nusa Penida / Nusa Lembongan / Nusa Ceningan (20).
                    NTB
                    • Potensi PLTB (MW): Lombok (15); Lombok, NTB (100).
                    • Potensi PLTB di NTB cukup memadai dengan laju angin berkisar 3,5-7 m/detik. LAPAN membuat proyek percontohan PLTB 7 kW (7 unit). Potensi Sumbawa 40 kW (10 unit). 
                    NTT
                    PLTB Kalihi, Sumba Timur, NTT
                    • Rencana PLTB (IPP, MW): Kuota Tersebar (10/2022, 10/2023).
                    • Potensi PLTB (MW): Oelbubuk - Soe (20); Sumba Timur (3); Kupang (30); Sumba (3).
                    Kalsel: Rencana PLTB (IPP, MW): Tanah laut (70/2021- 2023).
                    Sulsel
                    • Rencana PLTB (IPP, MW):  Sulbagsel (kuota) Tersebar (60/2023). 
                    • Potensi PLTB (MW): Selayar (5); Sidrap-2 (63); Jeneponto II (72); Bulukumba (50).
                    Sultra: Potensi PLTB (MW): Buton (15).
                     Sulbar: Potensi PLTB (MW):  Majene (30).
                    Maluku: Potensi PLTB (MW): Ambon 1,2 (20+15); Maluku Tenggara Barat (5); Keikecil (5).
                    • PPA kedua dilakukan oleh partner UPC Sidrap bayu Energi dengan PLN membangun PLTB Sidrap 75MW (30 turbin kincir angin, @ 2,5MW, dari Gamesa Lolica Corp (investor Denmark) tinggi menara 80m, panjang baling 57m, lahan 100Ha, US$150juta), di kec.Watang Pulu, Kab.Sindereng Rappang, Sulsel, (konstruksi Des 2015, operasi awal 2018). Rencana besarnya, UPC meneken MoU dengan PLN menggarap PLTB 350MW selama 3 tahun (2015-2018) dengan investasi total US$850juta. Harga PLTB wilayah Sulsel sebesar 7,63 sen USD/kWh, ~Rp.1.016/kWh.

                    Tambahan lensa Bayu

                      Untuk menaikkan laju angin, penggunaan alat pengumpul angin diperlukan, sehingga laju angin dapat ditingkatkan dua kalinya. Kyushu University, Jepang mempelajari wind lens turbines, PLTB Baru menggunakan lensa. Keuntungan pemakaian lensa bayu adalah:
                      1). Daya lebih tinggi: produksi listrik dapat dinaikkan sekitar 2,8 kalinya dibandingkan PLTB konvensional; 2). selalu mengarah kemana arah angin datang; 3). Senyap: PLTB ini dapat dipasang di perkotaan, pemukiman, atau di pertanian/peternakan yang tidak akan mempengaruhi manusia dan hewan; 4). Selamat: adanya pengungkung bilah bayu, tidak ada laporan burung terjebak di dalamnya; 5) Lebih selamat dari serangan petir: penangkal petir dapat dipasang pada puncak struktur lensa bayu.



                      PLTB VORTEKS

                      Perusahaan Startup dari Spanyol mengembangkan PLTB tanpa bilah bayu, 4 kW (diharapkan 1MW pada tahun 2018) yaitu hanya berupa tiang pancang (tinggi 1,5 - 7 m) yang bergoyang-goyang (berosilasi) bila terkena geseran (vorteks bayu pada dinding silinder). Gerakan osilasi itu diubah mejadi tenaga listrik dengan bantuan piezoelectric dan magnet permanen di bagian bawah, sehingga lebih efisien, lebih murah, dan ramah lingkungan. Semula generator dan gear box berada di atas (100m) yang harus didukung oleh tonggak yang amat kuat (mahal), maka dengan teknologi ini, hal itu dapat dihindari, sehingga biaya pembuatan dan perawatan dapat ditekan 50% (35Euro/MWh). Jarak antar tiang dapat diperdekat, sehingga listrik yang diperoleh lebih besar.


                      PLT HIBRID (Surya, Bayu, Biomassa, Diesel)
                        Target hingga 2015: 18,115 GWh (BPPT-UNDP). Dana: GEF (Global Environment Facility).
                        Aceh
                        • Rencana (PLN, MW): Pembangkit Bayu (55/2024, 55/2025).
                        • Potensi (MW): Pembangkit Angin (tersebar) (148).
                        Riau: Potensi PLT Hibrid (MW): Dumai Riau (65).
                        Jabar: Rencana PLTS/B  (MW): Kuota Tersebar (Unallocated, 150/2022, 250/2023, 100/2025).

                        Jateng: Potensi PLT Hibrid SB (PLTS+PLTB) (MW): Tegal (220).
                         Jatim
                        • Rencana PLTHibrid (Unallocated, 2021): Ra'as (1); Sepanjang (2); Gili Iyang (1); Sapudi (2); Kangean (2).
                        • Potensi PLTHibrid SB (PLTS+PLTB) (MW): Tuban (140).
                        NTT
                        • Rencana PLTS/B/AL (MW): Kuota Tersebar (IPP, 7/2021); PLTS/PLTB: Kuota Tersebar (Unallocated, 3,8/2022); PLTS/H: Lisdes (5,8/2019).
                        • Rencana PLTHibrid (Unallocated, MW, 2020): Adonara (1); Aesesa (0,7); Alor (Kalabahi) (1,2); Bajawa (1,3); Betun (0,6); Lembata (1); Rote Ndao (1,2); Sabu Raijua (1);  .
                        • Rencana PLTHybrid (PLN, MW): Maubesi (1/2021).
                        • Potensi PLTHibrid (MW): Sumba Barat (2).
                        • Bank Dunia (IBRD) dan donatur lain berencana untuk membangun PLTS hibrid di 61 lokasi tersebar di NTT setalah melalui FS. Di beberapa pulau kecil direncanakan akan dibangun PLTB, PLTS, dan PLTM yang dioperasikan secara Hibrid dengan PLTD yang ada.
                        Sulsel: Potensi PLTHibrid SD (PLTS+PLTD) (MW): Pulau Selayar (10,1).
                        Potensi PLTS+Battery (MW): Selayar (8); Kaledupa (0,74).
                        Sultra
                        • Potensi PLTHibrid SD (PLTS+PLTD) (MW): Bombana (10); PLTS+PS: Buton (30).
                        Maluku
                        • Rencana PLTHibrid SD (PLTS+PLTD) (MW): Ambon (10); SB (PLTS+PLTB): Keikecil (10,1); SM (PLTS+PLTM): Buru (10).
                        Papua: Potensi PLTHibrid SD (PLTS+PLTD) (MW): Waena (20).
                        • Program PLT Hibrid SB (Wind Hybrid Power Generation, WHyPGen) dimatangkan di Kab. Kayong Utara, menggunakan teknologi kerjasama BPPT-UNDP untuk dibangun di desa Pelapis, Kep. Karimata, Kalbar. WHyPGen menyasar 8 titik lain di NTT (>50MW), Banten, Yogyakarta (100MW), Jabar (100MW), dan Bali. Uji-coba teknologi hibrid di Pandansimo juga telah dilakukan dengan memasang 34 unit menara setinggi 100 m guna menghasilkan listrik 50 kW yang akan dimasukkan ke jaringan PLN.
                        • KMRT bekerjasama dengan LAPAN, KKP, E-wind Energy, Pemkab. Bantul, dan UGM mengembangkan PLT Hibrid SB (PLTS+PLTBayu) di pesisir pantai (Pantai Baru) dusun Ngentak, Ds.Poncosari, Kec. Pandansimo, Kab. Bantul (Selatan Yogya, daerah wisata), DIY di lahan 10-17Ha (2010). Laju angin di lokasi rerata 4m/detik, dan sinar Matahari cerah sepanjang hari. PLTB memiliki kincir 37 unit (103kW) beraneka jenis: turbin angin 1kW (28unit), 2,5kW (6unit), 10kW (2unit), dan 50kW (1unit); dan kapasitas PLTS 17,5kWp. Reverse engineering dilakukan terhadap turbin angin 1 kW untuk pelatihan dan pemenuhan turbin DN via IKM. PLT Hibrid tersebut dimanfaatkan oleh pabrik pengolahan es balok bagi nelayan untuk mengawetkan hasil tangkapannya, dan es kristal bagi warung makan / wisatawan yang berkunjung ke pantai Baru. Listrik dc itu masuk ke baterai diubah oleh inverter ke ac (15kW untuk mengoperasikan es balok, 10kW untuk es kristal, perkantoran, dan lampu jalan). Pusat workshop untuk warga sekitar (pembuatan sudu, generator, tower, dan sistem kendali)  & study club mahasiswa (menjaga kelanjutan teknologi ke masa depan). KMRT+LAPAN membuka workshop lapangan kepada lembaga / yayasan, dan menerima kunjungan siswa dan masyarakat.
                        • Kemenristek melatih masyarakat Natuna mengelola PLT hibrid SB.
                        • Teknologi buatan LAPAN dicoba di Biak Numfor, Papua.
                        • Mahasiswa Unand Padang (TE) membuat PLT sistem hibrid PLTB/PLTS dengan ketinggian 50m di kawasan Pantai pasir Jambak, Kec. Koto tengah, Kota Padang, Sumbar yang mampu memberikan listrik 1200 Watt.
                        • BPPT bekerjasama dengan KNRT, PT PLN (Persero) dan Pemda mengembangkan energi terbarukan dengan cara menggabungkan 3 pembangkit listrik seperti tenaga surya, bayu/angin, dan diesel yang disebut PLTH SBD, guna mendapatkan catu daya listrik yang kontinyu dengan efisiensi yang optimal di pedesaan dan daerah terpencil. Contoh: PLTH SBD Wini 64 kW, Kec. Insana Utara, Kab. Timor Tengah Utara, NTT dengan komposisi alat berupa 1) Surya (50 kWp/240 Volt), 2) Bayu (10 kW), 3) Diesel (150 kVA, cadangan), 4) Baterai 4000 Ah (240 unit, masing-masing 120 unit, 240 V/2000 Ah), dan 5) BDI (Bi-directional inverter) yang memasok daya listrik kepada 509 KK rata-rata 942 kWh/hari selama 24 jam. PLTH SBD dikembangkan guna membantu PLTD yang sudah berjalan agar bila terjadi kekurangan pasokan BBM mendadak, Desa tersebut masih dapat dialiri listrik. PLTD menjadi sumber energi cadangan saja. Beban dapat dipasok dari genset maupun inverter secara paralel. Kelebihan daya dari genset dimasukkan ke baterai BDI yang digunakan untuk menjembatani antara baterai dan sumber AC. BDI dapat mengisi baterai dari genset (AC-DC converter) maupun sumber energi terbarukan, yang juga beraksi sebagai DC-AC converter. PLTS dan PLTB masuk pada sisi DC, sedangkan genset masuk pada sisi AC. Urutan kerja PLTH SBD adalah:
                        1. Kondisi beban rendah: pasok daya berasal dari baterai 100%, modul surya, dan angin, sementara diesel mati.
                        2. Beban di atas 75%: bila baterai mulai kosong, diesel beroperasi, sekaligus mengisi baterai hingga 70-80% (tergantung setting). Kendali hibrida berfungsi sebagai charger, tegangan AC dari diesel diubah ke DC untuk mengisi baterai.
                        3. beban puncak: diesel dan inverter beroperasi paralel, bila diesel tak mampu sampai beban puncak. Jika genset cukup memasok hingga beban puncak, maka inverter tidak bekerja paralel dengan genset.
                        4. Semua pengaturan dilaksanakan oleh Kendali Hibrida.

                        NUKLIR (PLTN) Fusi atau Fissi?

                        Potensi energi listrik dari ET di Indonesia sungguh sangat besar, > 8394 GW, yang berasal dari PLTA ~75 GW, PLTMH ~231 GW, PLTAL >7.000 GW, PLTP ~28,5 GW, Biomassa ~50 GW, PLTS >1.000 GW, dan PLTBayu ~9,3 GW. Jumlah itu belum termasuk potensi energi listrik dari PLTThorium, BBM, Gas (PLTG), dan Batubara (PLTU). Sementara, kapasitas pembangkit terpasang di Indonesia diduga (Sept 2016) ~55,5 M, atau baru mencapai 218W/kapita (konsumsi listrik sebesar 910 kWh/kapita, rasio elektrifikasi nasional ~88,5%, atau 29,4juta rumah tangga Indonesia belum mendapatkan akses listrik; Perpres  No.22 th 2017). Kebutuhan listrik Indonesia th 2025 diperkirakan 115 GW, th 2030 sebesar 160 GW, dan th 2050 sekitar 450-550 GW dengan catatan kebutuhan listrik meningkat sekitar 9% (7,8 GW) per tahun. Bila potensi ET yang sangat besar itu serius dikembangkan, maka ET dapat memenuhi pasokan energi Indonesia yang menyamai bahkan ratusan kali melebihi pasokan energi yang dibangkitkan oleh PLTN fissi (uranium).


                        Integral Molten Salt Reactor, Canada
                        Nuklir (PLTN fissi uranium) masih belum mengambil bagian dalam menyumbang bauran energi nasional. Peristiwa PLTN fissi Fukushima menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia guna mengambil keputusan politik dalam suasana kontroversi pro dan kontra, sekaligus memilih generasi PLTN fissi terkini (Generasi IV). Presiden RI telah memutuskan bahwa pembangunan PLTN fissi (uranium) komersial (skala besar) akan menjadi opsi terakhir untuk pemenuhan energi di Indonesia dengan mendahulukan ET, pelet kayu, mengoptimalkan batubara dan gas. Feb 2017, Men ESDM juga menyinggung bahwa Indonesia masih fokus ke ET, dan  nuklir (PLTN Fissi) tidak termasuk. Bila: Penolakan masyarakat masih tinggi dan political will pemerintah belum ada, maka PLTN fissi belum dapat dibangun.

                        SMR dengan BB cair Thorium (MSR) sedang dipelajari oleh trio BUMN (INUKI, PLN, Pertamina) yang bekerjasama dengan fihak AS ThorCon untuk jadi cikal bakal PLTT (fissi) dengan kapasitas 2 x 2 x 250MW di Indonesia.

                        TMSR 2 x 2 x 250MWe
                         ThorCon perlu membuktikan kemampuannya dapat mengoperasikan PLTT (fissi) (32 tahun, faktor kapasitas 90%) secara selamat dan handal kepada pelanggannya (salah satunya Indonesia) untuk 4-5 tahun ke depan (tidak hanya baik di atas kertas). PLTT 250 MWe sedang dioperasikan untuk 3 tahun ke depan. Thorcon menawarkan kepada Indonesia, satu unit PLTT 500MW dengan investasi mereka sendiri $935juta (Rp.13,5T, 100% swasta), dan tawaran harga jual listrik < $7sen/kWh. Penawaran menarik lainnya adalah Thorcon akan membangun pabrik PLTT di Indonesia (~10,000 Karyawan) dengan kapasitas produksi 10,000MW/tahun (20 unit @500MW). untuk kebutuhan DN dan ekspor ke LN.
                        • Kalbar: Potensi PLTN (MW): Kalbar (100).
                        • Kaltim: Potensi PLTN (MW): Kaltim (100).
                        • Menristekdikti menyinggung bahwa PLTN fissi Eksperimental (RDE, jenis HTGR/HTTR Gen. IV) 25-30 MWth (8-10 MWe) (skala kecil, Rp.1,6-1,8 triliun, BATAN sebagai operator) direncanakan Studi Kelayakannya dimulai th 2015, yang direncanakan akan beroperasi di Serpong, Tangsel, Banten, guna menyiapkan SDM Indonesia yang trampil dan mumpuni di bidang pengoperasian PLTN Fissi. IAEA bersedia mendukung dan membantu program RDE/RDNK. Fasilitas tsb akan mempelajari kemampuan RDE menghasilkan listrik dan produksi gas hidrogen. Jepang, Tiongkok, Afrika Selatan, dan Rusia tertarik dalam proyek tesebut. Konsorsium Rusia-Indonesia RENUKO (PT Rekayasa Eng., NUKEM Techn GmbH, anak perusahaan Rosatom/BUMN nuklir Rusia, dan PT Kogas DK) memenangkan lelang tahap pre-desain (meneken kontrak pelaksanaan pekerjaan penyusunan Dokumen Desain Awal RDE 10MWe).
                        • PT INUKI (mengelola teknologi nuklir di Indonesia) menekan MoU dengn 6 BUMN guna memproduksi radioisotop untuk kedokteran nuklir seperti PT Pupuk Kaltim (Persero), PT Pertamina Bina Medika-IHC, PT Intertek Utama Services, PT Citrabuana Indoloka, PT GE Operations Indonesia, dan PT BNI (persero) Tbk sebagai penyedia modal kerja.
                        • Pengusaha Rusia berminat mengembangkan nuklir di Indonesia dengan menawarkan tongkang PLTN-fissinya (akademik Lomonosov), yang sesuai dengan kontur kepulauan di Indonesia. Kelebihan tongkang PLTN fissi (PLTN terapung) adalah dapat berpindah-pindah, dan limbah nuklirnya dibawa pulang ke Rusia. Hal itu diperkuat lagi dengan kunjungan wakil Rusia ke Wakil Presiden RI (JK) dan BATAN untuk mendukung target tambahan daya listrik nasional 35 GW dalam 5 tahun. 
                        • Rusia melirik P. Batam sebagai lokasi PLTN fissi, karena konsumsi dan pertumbuhan listrik di Batam sangat tinggi.
                        • BPPT menilai pembangunan PLTN fissi sudah dapat dimulai tahun 2020, dan beroperasi pada tahun 2028, karena dinilai pengembangan EBT saat ini cukup lambat. Akan tetapi, Dirjen EBTKE (ESDM) (April 2015) menyinggung bahwa meski rencana pembangunan PLTN sudah masuk KEN (Kebijakan Energi Nasional), realisasi pembangunannya (dalam RUEN) akan dimulai tahun 2025 (/ 2024) dengan daya awal sekitar 5 GW. MPEN (Majelis Pertimbangan Energi Nuklir, 7 orang) dalam waktu dekat akan dibentuk. Buku putih percepatan pembangunan PLTN 5 GW di Babel th 2014-2024 disiapkan oleh Kementerian ESDM.
                        • Provinsi Bangka Belitung (Babel) merencanakan pembangunan PLTN uranium (PLTN fissi), karena aspek geologi yang baik / lapisan granit di pulau ini tidak bergerak. Lokasi PLTN fissi yang paling tepat adalah di desa Sebagin, Simpang Rimba, Kab. BaSel (1000 MWe x 4/6 PLTN fissi), dan Teluk Manggris di Muntok, BaBar (1000 MWe x 6/8 PLTN fissi). Keduanya berada sekitar 30 Km dari pantai Barat Sumatera yang mudah disambungkan ke Jawa-Sumatera grid dan Asean grid ke Singapura dan Malaysia. BB Nuklir thorium (Th) (ditaksir > 23.000 ton) juga ditemukan di Provinsi ini bersama timah, zirkon (oksidanya / zirkonia lazim dipakai sebagai bahan baku fuel cell, SOFC), uranium, Logam Tanah Jarang (LTJ) (Nd, Y, Sc, Eu, Gd, Dy, Er, dll). Lahan 850 Ha di Muntok dan 850 Ha di Simpang Rimba telah disiapkan untuk beberapa PLTN ke depan. Tapak Muntok dan Sebagin sedang dielus-elus untuk menjadi tapak PLT Thorium.
                        • Pengembangan PLTN fissi skala kecil menengah (SMR) di Babel, misalnya RGTT200, KLT-40 (Rusia), mPower (B&W, AS), SMART (Korsel), dll. juga memungkinkan dilakukan, kendati biaya kWh SMR lebih mahal dibandingkan reaktor besar. Selain BATAN, ITB dan UGM (Fisika Teknik) juga mengembangkan SMR. PLTN jenis SMR ini digadang-gadang akan dibangun di Indonesia dalam waktu dekat, dan PLN siap menjadi operatornya.


                        SEL TUNAM (FUEL CELL) (Gas Hidrogen / Gas Alam / Metan / Biogas / Etanol)


                        Sel Tunam Jaya Ancol 0,3 MW
                        Pengembangan teknologi ini lambat di Indonesia, meski LIPI, BPPT, BATAN, ITB, dll telah memulai riset dasarnya. Pembangkit Listrik Tenaga Sel Tunam (PLTST) 0,3 MW (DFC300) dicoba dibangun di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta (dana hibah, 3 juta USD), oleh pemerintah Korsel via KOICA hasil kerjasama POSCO (Korsel) dengan PT Propertindo. Desain PLTST dibuat oleh Fuel Cell Energy Korsel yang telah mampu memproduksi energi 58,8 MW (terbesar di dunia yang dibangun di kota Hwasung selama 14 bulan dan terdiri atas 21 sel tunam MCFC berdaya 2,8 MW yang dipasang seri, 21 DFC3000 oleh konsorsium POSCO Energy Korsel, Gyunggi Green Energy, dan Fuel Cell Energy AS). Jalur gas alam (metan) / gas hidrogen / biogas diperlukan bila ingin membangun PLTST di Indonesia. Di Luar Negeri, PLTST telah banyak digunakan di perumahan, Universitas / Institusi, Supermarket, Industri, dll.
                        • Puslit Fisika Terapan LIPI pernah menciptakan purwarupa sepeda motor, Versa, yang masih perlu perbaikan. BPPT (Eniya LD dkk) juga terus mengembangkan purwarupa sepeda motor FC (PEMFC) terutama dari sisi keandalannya. INAFHE dibentuk untuk mempercepat pengembangan FC di Indonesia.
                        • PT Cascadiant telah memanfaatkan sel tunam dalam industri telekomunikasi sebagai daya cadangan pada BTS (Base Transceiver Station) di daerah. Satu botol gas H2 (0,5 kg) mampu menyediakan listrik 7 kWh. Enam botol digunakan sebagai back-up selama 42 jam. Ada 472 unit sel tunam (2011) dipakai pada BTS yang bekerjasama dengan Hutchinson dan Ida Tech.
                        • Toyota Indonesia mempromosikan mobil sel tunam (FCV) dengan kemampuan jelajah 700 km (gas hidrogen) dalam ajang IIMS (2014) yang akan diproduksi April 2015. 
                        • Tahun 2015, mobil Honda menampilkan konsep baru FCEV dengan memperkecil susunan sel tunam 33%, tetapi menaikkan volume gas hidrogen sekaligus menaikkan densitas daya 60%, sehingga jarak tempuh 483km, tangki gas dapat diisi-ulang hanya dalam waktu 3 menit pada tekanan hingga 70MPa. Ia akan diluncurkan Nov 2015 hanya ratusan unit saja di AS, Jepang, dan Eropa.


                        SANTRI, AGEN UTAMA ET DI PEDESAAN

                        PLTMH di Ponpes Suryalaya
                        Pondok Pesantren (Ponpes) dapat dijadikan basis mengubah pola fikir penggunaan energi fosil ke EBT sekaligus tempat pengembangan EBT. Hal itu sesuai dengan program rancangan LPLH-SDA MUI hasil Munas MUI VIII 2010, yaitu pemberdayaan ponpes bagi kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Di sisi lain, ponpes harus mandiri secara ekonomi, kedaulatan, dan energi. Di Indonesia terdapat lebih dari 27.000 Ponpes dan 3,4 jutaan santri (2014) (yang memberikan kontribusi gas metan ~25juta m3/tahun). Para santri memiliki posisi sangat strategis di mata masyarakat, karena pemahaman agama mereka sangat menunjang dan kata-kata mereka diikuti oleh warga. Oleh karena itu, mereka dapat dijadikan agen utama yang berpotensi merevolusi kondisi penggunaan EBT saat menyosialisasikan kepandaian mereka. Langkah awal, para santri perlu dilatih apa saja tentang teknologi EBT dan penerapannya, guna meneruskan hasil pendidikan mereka ke teman-teman mereka, dan selanjutnya meneruskannya ke masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka. Contoh: 
                        • Ponpes Annasuha, Ds. Kalimukti, Kec. Pabedilan, Kab. Cirebon, Jabar dijadikan proyek percontohan pengembangan ET dengan memanfaatkan biogas (tinja santri) dan matahari.
                        • (April 2015) Ponpes Darul Ittihad di Ds. Kombangan, Kec. Geger, Kab. Bangkalan, Madura, mengelola wood pellet yang berasal dari kayu Kaliandra (merah) (dipanen setelah 14 bulan oleh CV Gerbang Lestari). Warga setempat membuat proyek kebun energi kaliandra di hutan desa seluas 214 Ha dan pabrik wood pellet 200m2 (bantuan ICCTF, Indonesia Climate Change Trust Fund) sebagai bahan bakar PLTBm 197kW.
                        • Kawasan Industri Bantaeng Sulsel
                           Ponpes Al-Ishlah, Grujugan, Bondowoso, Jatim via PT Biidznillah Tambang Nusantara (PT BTN milik pesantren tsb sepakat (April 2013) menggarap proyek energi terpadu dengan 2 perusahaan yang berasal dari China (CMEC, BUMN China) dan Malaysia (BTN Power Sdn Bhd) di Kawasan Industri Situbondo, Jatim seluas 2,000 Ha (sedang dibangun: Kawasan industri Petrokimia, Kilang minyak mentah, dan PLTU 1x600MW). Lahan seluas 11,000 Ha di Maluku juga disiapkan untuk memproduksi minyak sawit. Di Kawasan Industri Bantaeng, PT BSE, PT BTN, dan CMEC membangun PLTU/batubara 2x300MW (batubara dari Kaltim yang dioperasikan oleh PT BTN) untuk memasok listrik bagi 8 Smelter di kawasan industri tsb. Th 2014, PLTU/batubara Dumai 3x150MW dibangun oleh PT BTN & CMEC (BUMN China) (2018). BTN akan memasok batubara 3,2 juta ton/th.

                        • Ponpes Riyadlul Ulum (2500 santri), Condong, Cibeureum, Tasikmalaya seluas 5 Ha, memanfaatkan tinja santri, sampah sisa makanan, serasah halaman, dan biomassa lainnya di sekitar pesantren yang berencana mendapatkan 125 m3 biogas per hari. Peralatan yang ada hanya berupa Bak Cerna BD 3000L berkapasitas 3000 liter/hari dengan fermentor anaerobik bakteri metagenesis GP-7, dan gas metan yang dihasilkan dimurnikan menggunakan methane purifier 12135 sehingga mendapat gas metan (> 70%) sekitar 4,6 m3/hari. Listrik dari biogas (~100 %) mampu menggerakkan genset bio elektrik 1 kW secara ajeg selama 5 jam. Lumpur (slurry) keluaran dari bak cerna digunakan sebagai pupuk kolam yang menghidupkan jasad renik dan plankton sebagai bahan makan ikan yang sesuai dengan sanitasi kesehatan.

                        • Ponpes An Nasuha, Ds.Kalimukti, Kec.Pabedilan, Kab. Cirebon dijadikan pilot Project biogas dari tinja santri (minimal 500 santri) dan PLTS (di atap ponpes) oleh Menteri ESDM. Di sisi lain, ponpes Ulumuddin, Susukan, Cirebon juga mengembangkan biogas dari tinja santri dan PLTS (minimal 20kW, untuk panel surya 2.000m2, Rp.2,5 miliar) di atap ponpes (dikunjungi oleh Dirjen EBTKE, ESDM).
                        • Ponpes Bina Insani, Ketapang, Susukan, Semarang, Jateng memanfaatkan sampah (+plastik) di sekitar ponpes menjadi listrik (PLTSa 5,5kW), dan turunannya: batako, pupuk tanaman, bijih plastik, pakan ternak, abu, zat beracun (untuk insektisida), dll. Ponpes tsb menggunakan teknologi CGC (Clean, Green, Convert) yang ditemukan oleh Nur Firdaus (pemilik Paten teknologi konversi sampah CGC Sapu Jagad) dari kelompok LRMI.
                        • Ponpes Nurul Bayan dan Nurul Falah, Desa Cihampelas, Kec. Cililin, Kab. Bandung, memanfaatkan biobriket dari enceng gondok di sekitar waduk Saguling untuk memasak.
                        • Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah (PAYM) Bojonegoro, Jatim, dan ponpes Al-Amin, Desa Bojong gede, Kab. Bogor, Jabar, memanfaatkan biogas dari limbah sapi.
                        • Ponpes Darul Qur'an, (400 santri) di Kab. Gunung Kidul, dan ponpes Al Hikmah (700 santri), Kab. Bantul, DIY, Ponpes Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai (Rakha), Kab.Hulu Sungai Utara, Kalsel, ponpes Dar El Hikmah + LKM Harapan Madani (>1500 santri, 3 bak-cerna / 12m3 + 1 unit IPAL, 246 m3 + 80 unit toilet, potensi gas metan ~30 m3/hari, bantuan EEP, Finlandia) Pekanbaru, Riau, menggunakan biogas dari limbah santri/manusia untuk kompor, penerangan, dan listrik genset 5 KVA. BLH Prov. Bengkulu & LIPI memanfaatkan tinja untuk biogas dan bioelektrik di Ponpes Pancasila, Darussalam, dan rusunawa di Univ. Bengkulu.
                        • PLTMH dimanfaatkan oleh Ponpes Suryalaya (50kW) Kab. Tasikmalaya, Jabar; Ponpes Roudlotuth Tholibin (2 generator 70kW tipe propeller poros vertikal buatan Cihanjuang Inti Teknik, Bandung, menghasilkan listrik 68+50 kW), Wangan Aji, Wonosobo, Jateng; Ponpes Latansa, Parakan Santri, Lebak  (2x50 kW), Banten; dan Ponpes Nurussalam (Bunut Jambul, 30 kW) Tetebatu, Sikur, Kab. Lombok Timur, NTB.
                        • Ponpes Al-Hikmah, kec. Betung, Kab. Banyuasin, Sumsel, memanfaatkan PLTS untuk menggerakkan Instalasi Air Minum (sumbangan PT Medco E&P yang bekerjasama dengan Lions Club Wiesbanden, Jerman, dan METI) guna mencukupi air bersih bagi para santri. Semnatara ponpres Darul Arifin, Pandeglang, Banten memanfaatkan PLTS 1kWp (+ 8 baterai 12Vdc 100Ah) (biaya 3,6-4 USD/W).
                        • Ponpes Sunan Drajat, Paciran, Lamongan, Jatim memanfaatkan minyak kemiri sunan untuk pembuatan biodiesel.
                        • Ponpres internasional modern Istiqlal (PT Istiqlal Sarana Utama) Pemkot. Banjarmasin, Kalsel memproses dan memproduksi tepung terigu dari ketela pohon; VCO (diekspor ke Kanada), Briket (diekspor ke Saudi Arabia), minyak goreng, dan sabut kelapa; sementara sampah atau limbah yang ada diolah secara terpadu menjadi thinner, minyak tanah, biokarbol, gas metan dan bioetanol 99,9%. 
                        • Ponpes Al-Zaytun menanam sorgum sekitar 250 Ha di Indramayu bersama dengan perhutani Indramayu 250 Ha untuk diolah menjadi bahan pangan dan BB bioetanol
                        • Ponpes Tgk Chik Eumpe Awee, Blang Bintang, Aceh Besar menerima 35.000 bibit kaliandra merah dari PT Inhutani IV (Maret 2015) untuk disebarkan kepada masyarakat di sekitarnya. Kaliandra merah bermanfaat: batangnya berguna untuk BB Pelet kayu pengganti batubara, daunnya untuk pakan ternak, dan bunganya untuk produksi madu (disukai lebah).

                        Ditulis oleh: Fathurrachman Fagi; WA 0812-1088-1386; ffagi@yahoo.com
                        ______________________________________________________
                        Bagi anda yang meng-copy & paste tulisan ini di blog anda,
                        cobalah ikhlas menyebutkan link sumbernya
                        http://energibarudanterbarukan.blogspot.co.id/2011/02/kondisi-ebt-saat-ini-di-indonesia.html